Jakarta, Gatra.com – Tim Ekspedisi Berkelanjutan Dayung Jelajah Nusantara (DJN) telah mencapai garis finis di Labuan Bajo, setelah melakukan pengarungan pertama pesisir Pulau Flores bertajuk “Flores Sea Kayak Expedition” selama 60 hari.
“Selama perjalanan, kami selalu disambut warga dengan antusias, termasuk desa-desa lain di sekitar tempat camp kami yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu karena ada sekitar 40 desa yang kami singgahi,” kata Yoppy Rikson, Ketua Tim Flores Sea Kayak Expedition pada Sabtu (7/10).
Ia menjelaskan, ekspedisi tersebut merupakan kolaborasi Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung (Wanadri) dengan Komunitas Budaya Rumah Nusantara. Tim ekspedisi tiba di garis finis di Labuan Bajo setelah memulai pengarungan sejak 7 Agustus lalu, yakni mulai dari Labuan Bajo hingga ke Larantuka dan kembali lagi ke Labuan Bajo.
Tim ekspedisi terdiri dari dua kelompok, yakni Tim Segara beranggotakan 6 orang dan Tim Nusa sebanyak 4 orang dengan tambahan 10 peserta kayak lainnya yang turut mengiring tim ekspedisi ini dari Pulau Saloka hingga garis final tiba dengan selamat di pantai belakang Luwansa Hotel Labuan Bajo.
Selama berjelajah sekitar 60 hari di pesisir Pulau Flores, dengan jarak tempuh kurang lebih 1.057 km, tim ekspedisi mengungkapkan kekagumannya pada keindahan Pulau Flores serta keramah-tamahan penduduk setempat.
“Selain itu, teman-teman Pokdarwis, Pemda setempat, termasuk Bupati Nagekeo saat itu juga mengunjungi kami di camp. Kami mengucapkan terima kasih banyak,” kata Yoppy.
Menurutnya, keindahan pesisir Pulau Flores sungguh luar biasa dan tidak kalah dengan yang ada di dunia berdasarkan pengalamannya beberapa kali mengikuti kegiatan serupa di luar negeri.
“Segala macam warna yang ada di dunia, bisa kita lihat di pesisir Pulau Flores, lautnya yang hijau, biru, kemudian biru tua, langitnya yang berwarna biru, merah, lembayung, ungu, dan warna-warna lainnya sudah kami lihat di Pulau Flores. Lekukan gunung, bukit, dan segala macam yang indah, sudah kami lihat di pesisir Flores. Jadi tidak perlu keluar negeri, cukup ke Flores saja,” ujarnya.
Menyambut baik kegiatan expedisi yang telah berhasil dilakukan ini, Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Shana Fatina, menyampaikan, pihaknya yang sejak awal menjadi mitra, ekspedisi tersebut sangat mendukung tema besar pariwisata di Flores yang mengedepankan konsep berkelanjutan dan diharapkan menjadi spot baru dalam dunia kayaking sekaligus sebagai salah satu lokasi sport tourism kayak di dunia.
“Ekspedisi ini memperkuat tema besar pariwisata di Flores yang mengedepankan pariwisata berkelanjutan yang berorientasi pada keindahan alam Sea kayaking adalah salah satu yang kita di sini juga beruntung bisa dibantu dieksplorasi oleh teman-teman Wanadri,” katanya.
Shana yang saat yang turut melakukan kayaking dari Saloka hingga garis final bersama Tim DJN mengharapkan, akan lebih banyak lagi sea kayak di seluruh dunia yang melihat Flores sebagai lokasi yang harus mereka jelajahi dengan dayung dan masuk dalam bucket list mereka.
Ia menyampaikan bahwa ke depan pihaknya akan menggunakan hasil temuan tim ekspedisi ini dan titik-titik lokasi untuk dapat diintegrasikan dalam rangka memperkuat program-program wisata bahari yang akan datang di Pulau Flores.
“Kami tunggu hasil bukunya dan semua temuan-temuannya selama diperjalanan dan akan kita cocokan dengan apa yang sudah kita identifikasi selama tiga tahun terkahir untuk menjadi rute-rute yang potensial untuk ditawarkan pada wisatawan,” kata Shana.
Sementara itu, Ketua Masyarakat Garis Depan Nusantara, Ipong Witono, menyampaikan bahwa ekspedisi tersebut merupakan salah satu cara menarasikan keindahan Indonesia kepada anak cucu kelak.
“Tidak henti-hentinya Wanadri berupaya memaknai keindonesiaan, terus belajar untuk mencintai negeri dan saudara-saudaraku [Tim Flores Sea Kayak Expedition] adalah orang yang dipilih untuk menarasikan, menceritakan, mendongengkan kepada anak cucu kita di seluruh negeri tentang betapa indah negara kita,” ujarnya.