Jakarta, Gatra.com – Pegiat brand lokal, Arto Biantoro merilis buku keduanya bertajuk “Namanya Apa? Memahami Kekuatan Merek dan Cara Menemukannya” di SMESCO Indonesia, Jakarta Selatan pada Jumat (6/10). Buku tersebut diterbitkan oleh penerbit Pop, terdiri dari 231 halaman dan lima bab.
Sebelumnya, mantan Creative Director ini juga pernah merilis buku berjudul “Merk Indonesia Harus Bisa”. Arto menuturkan, buku “Namanya Apa?” berisi seputar strategi dan jurus membikin nama merek hingga cara membangun brand dan hal-hal terkait brand yang perlu diketahui dan dipahami masyarakat.
“Saya berharap buku ini dapat membantu siapapun secara taktis untuk mengetahui lebih luas cara membuat nama merek, khususnya bagi yang nge-blank untuk memulainya. Saya juga berharap pembaca mendapatkan ide lewat referensi-referensi yang saya temukan,” ucap Arto yang juga jebolan Pendidikan tinggi di bidang Sistem Informatika dari California State University of Fresno dan Desain Periklanan dari Academy of Art, San Fransisco.
Diketahui, ratusan brand lokal disebut dalam buku ini, termasuk sebanyak 337 brand lokal tampil dalam sampul buku “Namanya Apa?”. Terkait brand lokal, Arto mengisahkan keunikan kemunculan beberapa brand yang melekat dengan penduduk Indonesia. Meski demikian, sebagai referensi, Arto tidak melupakan penjelasan tentang brand internasional.
Arto mendirikan Gambaran Brand, sebuah layanan pengembang brand lokal yang bertekad memperbesar angka pertumbuhan kewirausahaan di Indonesia dan memperkecil risiko kegagalan. Baginya, pertumbuhan kewirausahaan di Indonesia menjadi faktor strategis bagi peningkatan daya saing dan ekonomi lokal sehingga mampu menjaga kestabilan ekonomi nasional.
Ia berpendapat brand bisa mengubah cara pandang dan membangun nasionalisme. “Itu yang saya percaya dan menjadi dasar buku ini dibuat. Banyak negara yang menggunakan kekuatan brandnya lewat berbagai sarana dan kini telah berhasil membangun national pride. Kini giliran kita,” ucap Arto, putra bungsu seniman nasionalis Kris Biantoro ini.
Karena itu, Arto mengajak UMKM turut memahami pentingnya sebuah brand atau logo. Dengan logo yang baik, target pasar tercapai dengan anggaran memadai. Arto berharap UMKM bisa memasarkan produk dengan maksimal dan meraih sales yang memuaskan. Menurutnya, logo dan kemasan adalah jalan pertama dari membangun brand.
COO Flexypack, Shirly Effendy menyatakan, UMKM juga dapat memajukan usaha dengan packaging yang menarik bersama Flexypack yang dapat menaikkan citra brand pelaku UMKM ke kelas international, dan dengan kemasan food grade yang menjadikan produk lebih aman.
“Kami akan terus mendukung program pemerintah dalam mengembangkan UMKM. Dengan hadirnya Flexypack di seluruh pelosok Nusantara, bisnis terasa lebih mudah dan nyata. Kami berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang cepat dan berkualitas bagi customer,” tutur Shirly Effendy.
Sementara itu, Co Founder M Bloc dan Filosofi Kopi, Handoko Hendroyono, dalam pengantar buku juga menukilkan pandangannya terkait brand. “Nama bukan sekadar nama, tetapi sebuah kekuatan yang bisa menghubungkan berbagai kepentingan. Nama apabila dieksplorasi dengan baik bisa menjadi intellectual property yang unggul,” pungkasnya.