Pati, Gatra.com - Musim kemarau yang dibarengi El Nino mengakibatkan sebanyak 57.000 hektare sawah di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, terdampak. Mengingat, aliran irigasi mengering dan naiknya air laut ke sungai utama.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Pati, Niken Tri Meiningrum mengatakan, puluhan ribu hektare itu terhampar di sejumlah wilayah di kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani.
"Ada di Kecamatan Jaken, Jakenan, Kayen, Tambakromo, Winong, Gabus, dan Pucakwangi. Misalnya saja Gabus ada 500 hektare sawah yang terdampak, tetapi sekitar 27 hektare yang puso atau gagal panen," ujarnya, Kamis (5/10).
Niken menjelaskan, aliran air irigasi telah berhenti karena waduk dan sungai mengering. Sehingga petani yang terlanjur menanam padi pada masa tanam (MT) tiga, mengalami gagal panen. Sementara petani yang berada di wilayah yang mengandalkan air hujan, sengaja membiarkan lahan tak tertanami sebagai langkah antisipasi.
"Ini menjadi keprihatinan kita. Di lahan tadah hujan petani belum berani menanam padi. Jadi sebagian memang belum ada tanamannya. Tidak ada air, baik itu irigasi maupun sumur," terangnya.
Sementara, area persawahan yang berada di sepanjang Sungai Silugonggo Juwana juga mengalami gagal panen. Lantaran naiknya air laut ke sungai yang mengering. Sehingga berdampak buruk pada sektor pertanian.
"Desa Mintobuski dari 10 hektare, yang mengalami puso ada 8 hektare. Jadi karena air laut naik ke sungai, sehingga digunakan petani enggak bisa kan. Jadinya gagal panen," sebutnya.
Penjabat (Pj) Bupati Pati, Henggar Budi Anggoro mengamini, ada puluhan ribu hektare sawah yang terdampak kekeringan. Sehingga aliran air untuk area sawah terputus.
"Saat ini sudah 70 desa lebih uang terdampak kekeringan. Kalau sawah luasannya cukup luas, 57.000 hektare (terdampak) karena sumber air banyak yang mati termasuk Pamsimas," bebernya.
Henggar mengaku telah menetapkan status tanggap darurat kekeringan di Pati sejak 3 Oktober hingga 14 hari ke depan. Lantaran banyaknya daerah yang terdampak bencana. Ia menyebut, sebanyak 94 desa yang kesulitan mengakses air bersih, dan baru 70 desa yang tertangani bantuan.
"Semakin hari kebutuhan ini semakin meningkat kondisi ini yang perlu adanya penanganan. Hampir 80-90 hektare sawah-sawah di Kabupaten Pati hampir tidak bercocok tanam. Kita melakukan droping bantuan pangan berjumlah 100 ton beras yang didistribusikan untuk masyarakat terdampak," ungkapnya.