Home Ekonomi Wamenkeu Minta PNM Kian Tingkatkan Pembinaan Kelompok UMi

Wamenkeu Minta PNM Kian Tingkatkan Pembinaan Kelompok UMi

Jakarta, Gatra.com – Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara, mengapresiasi upaya Sri Hartaty, salah satu nasabah UMi binaan PT Permodalan Nasional Madani (PT PNM) yang menjadi pengrajin dan mengembangkan usaha kain sasaringan guna melestarikan kain tradisional asal Kalimantan Selatan (Kalsel) tersebut.

Wamenkeu Suahasil menyampaikan apresiasi kepada Sri Hartaty ketika mengunjungi toko kain sasaringan milik Sri di Sungai Jingah, Banjarmasin, Kalsel.

Wamenkeu juga meminta PNM untuk terus membina kluster kelompok ultra mikro dan membantu pemasaran produk binaannya agar mereka bisa naik kelas.

“PNM harus terus membina kluster kelompok ultra mikro dan membantu pemasaran produk binaannya,” kata Suahasil dalam keterangan pers, Selasa (3/10).

Ia juga berpesan agar PNM dapat terus memberikan pembiayaan dan pendampingan agar nasabah lebih berdaya dan bahkan terjadi peningkatan kualitas atau naik kelas.

Dukungan Suahasil juga terlihat saat mengapresiasi jumlah nasabah PNM yang telah mencapai 14,8 juta hingga Agustus 2023 kemarin. Ia berpesan agar jumlahnya terus ditingkatkan.

PNM bekerja untuk pemberdayaan nasabah melalui pembiayaan dan pendampingan. Pembiayaan dan pendampingan merupakan dua sisi mata uang yang tidak boleh dipisahkan satu dengan lainnya.

Kepada Wamenkeu Suahasil, Sri Hartaty menyampaikan perjalanannya mengembangkan kain sasaringan serta peran PNM dalam menunjang usahanya di tengah-tengah masyarakat UMi.

Sri Hartaty memulai bisnis bersama PNM berawal dari plafon pinjaman sebesar Rp2 juta hingga kini mencapai Rp5 juta. Masuknya pandemi Covid-19 berdampak besar terhadap usaha kain sasirangannya.

PNM di satu sisi masih bertahan dengan peningkatan jumlah nasabah di tengah-tengah terpaan pandemi Covid-19. Pada saat itulah ia bergabung dengan PNM Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar).

Sri Hartaty juga menunjukkan cara menjulur kain dari kain warna putih kepada Wamenkeu. Ia meyampaikan, menjulur kain merupakan pekerjaan paling rumit dari proses membuat kain sasirangan.

Ia mengatakan, menjulur kain yang motifnya rumit bahkan bisa memakan waktu satu bulan. Ia juga menunjukkan cara memberikan warna kain dari kain putih menjadi kain bermotif sasirangan di depan Wamen.

Selain akses terhadap permodalan, Sri Hartaty juga mengikuti berbagai pendampingan setiap Pertemuan Kelompok Mingguan (PKM) Bermakna dan program Pelatihan Kapasitas Usaha (PKU) PNM.

Berkat kreativitas dan pelatihan, variasi produk kain sasaringan Sri Hartaty pun semakin banyak, mulai dari kain, baju kemeja, gaun, kerudung, hingga mukena. Tidak hanya itu, awal mula usahanya yang hanya menjual beberapa potong kain per bulan, kini ia membungkus ratusan pesanan per bulan.

“Saya harap tidak hanya nasabah, tetapi ibu-ibu yang berdaya di seluruh Indonesia dapat merasakan dampak yang luar biasa dalam membangun usahanya bersama PNM Mekaar,” ucap Sri.

34

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR