Home Politik Rakernas PDIP, Megawati: Tolong Diperhatikan, Bea Masuk Impor Gandum Itu Nol Persen

Rakernas PDIP, Megawati: Tolong Diperhatikan, Bea Masuk Impor Gandum Itu Nol Persen

Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri meminta Presiden RI Joko Widodo untuk mulai mencari pengganti gandum untuk bahan pangan dalam negeri. Megawati pun menyoroti besaran bea masuk impor gandum yang senilai nol persen.

“Saya mendapatkan informasi, dan itu tolong diperhatikan dan dilihat, bahwa bea masuk impor gandum itu nol persen. Saya bukannya anti gandum. Saya juga senang hamburger, mie. Namun mengingat gandum, tadi setelah saya terangkan, tidak bisa ditanam di sini,” kata Megawati dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDIP di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, Jumat (29/9).

Megawati mengatakan, level konsumsi gandum Indonesia telah meningkat signifikan, dari 4 persen dari tahun 1970 menjadi 28 persen pada 2022. Padahal, ujar Mega, gandum bukanlah tumbuhan yang umumnya dapat tumbuh di negara tropis, kecuali melalui rekayasa genetika yang memakan waktu tak sebentar.

Baca juga: Ganjar Sebut Kedaulatan Pangan dapat Diraih dengan Memastikan Tak Adanya Penyeragaman Bahan Pangan

Kondisi itulah yang Mega nilai dapat berakibat pada peningkatan kebutuhan impor gandum Indonesia. Bahkan, tingkat ketergantungan itu diprediksi akan meningkat menjadi 50 persen pada 2030.

Oleh karena itu, Megawati menilai penting bagi Indonesia untuk dapat mengurangi ketergantungan terhadap kebutuhan gandum. Ia pun mengingatkan bahwa Indonesia memiliki banyak jenis bahan pangan yang dapat menggantikan pemenuhan kebutuhan gandum di dalam negeri.

“Guna mengurangi ketergantungannya, bukankah kita memiliki 10 sumber pangan lainnya. Yaitu jagung, hanjeli, pisang, porang, sagu, singkong sorgum, sukun, talas, dan ubi jalar,” jelas Megawati.

Baca juga: Di Rakernas PDIP, Mega Soroti Meningkatnya Ketergantungan Impor Pangan Indonesia

Presiden ke-5 RI itu mengatakan, ke-10 bahan pangan itu dapat diolah oleh Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), sehingga Indonesia memiliki banyak pilihan bahan pangan untuk mensubstitusi kebutuhan gandum. Dengan demikian, kata Mega, dana yang sebelumnya digunakan untuk mengimpor gandum, kemudian dapat dialihkan untuk menambah biaya riset di BRIN terhadap bahan pangan lainnya.

“Maka dana yang ada bisa dipergunakan juga untuk menambah biaya riset terhadap produk substitusi gandum,” tandas Megawati.

78