Pati, Gatra.com - Ribuan penggilingan padi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, tidak beroperasi imbas meroketnya harga gabah. Dari 2.000 penggilingan, saat ini hanya 500 yang tercatat masih beroperasi. Itupun penggilingan skala besar. Sementara penggilingan kecil terancam gulung tikar.
Pengusaha penggilingan padi, Susanti mengaku terpaksa menghentikan aktivitas usahanya karena harga gabah tinggi melebihi ketentuan. Saat ini saja gabah kering petani tembus Rp7.500 - 8.000 per kilogram.
"Sudah vakum 2 bulan ini, pokoknya pas beras naik. Berhenti beroperasi karena sepi, mungkin karena harga gabah mahal, harga beras juga mahal," ujarnya, Jumat (29/9).
Baca Juga: Stok Menipis, Harga Gabah Tembus Rp7.500
Ia terpaksa menutup usaha penggilingan di Desa Tlogomojo, Kecamatan Batangan, lantaran tidak adanya stok. Selain itu biaya operasional yang melambung naik juga menjadi pertimbangan.
"Sementara tutup dulu menunggu harga kembali stabil. Harga beras bermacam-macam mulai dari Rp12.000 - 14.000 perkilogram itu dari penggilingan. Harapannya, harganya bisa stabil lagi, sehingga kami bisa kembali beraktivitas," ungkap Susanti.
Pengusaha penggilingan padi lainnya, Sudi Rustanto mengaku pusing dengan kondisi saat ini. Selain melonjaknya harga gabah dari tangan petani. Pengusaha juga kesulitan mengakses BBM jenis solar untuk operasional, jikapun ada harganya tinggi.
"Sepi, operasional tidak mencukupi. Gabah mahal, beras mahal, BBM mahal. Penggilingan kecil banyak yang terdampak," keluh warga Desa Pekuwon, Kecamatan Juwana.