Home Regional Aliarcham Pentolan Komunis Pati yang Kudeta Pemerintah Kolonial

Aliarcham Pentolan Komunis Pati yang Kudeta Pemerintah Kolonial

Pati, Gatra.com - Sosok Aliarcham sempat diusulkan sebagai pahlawan nasional di masa Presiden Ir Soekarno berkuasa. Hanya saja wacana itu urung dilakukan karena pergantian kekuasaan. Serta figurnya yang diasosiasikan dengan komunis.

Ide dan gagasan Aliarcham sangat menginspirasi Soekarno, bahkan ia sempat mengumandangkan sajak Aliarcham, "Obor yang dinyalakan di malam gulita ini, kami serahkan kepada angkatan kemudian."

"Karena Aliarcham tokoh nasional, bahkan mau diusulkan gelar kepahlawanan dari Soekarno. Namum karena tokoh PKI dihabisi oleh Soeharto, dan kekuasaan dipegang Soeharto yang anti PKI, maka nama Aliarcham pun tidak menjadi pahlawan," kata pegiat sejarah, Ragil Haryo, Rabu (27/9).

Aliarcham lahir pada tahun 1901 di Desa Asempapan, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Ia hidup di tengah kultur islami, terlebih ayahnya adalah seorang kiai, sehingga sejak kecil dibiasakan dengan budaya dan ilmu pesantren, agar dapat meneruskan perjuangan sang ayah.

"Masa kecilnya belum banyak yang diketahui, kecuali saat Aliarcham menyelesaikan pendidikannya hanya dalam waktu 6 tahun dan selalu menjadi murid yang paling cerdas dan rajin di kelas," ungkap Ragil.

Aliarcham juga tercatat mengenyam bangku sekolah di Hollands Inlandse School (HIS), sebuah sekolah dasar selama 7 tahun yang menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.

"Ajaran-ajaran Saminisme juga menular hingga menginspirasi Aliarcham, terutama tentang tentang persamaan dan persaudaraan manusia, diantaranya gotong-royong, anti penindasan, serta melawan penjajah Belanda. Aliarcham dapat pengetahuan itu dari guru-guru agamanya," bebernya.

Ragil menjelaskan, Saminisme sangat mempengaruhi ide dan pribadi Aliarcham. Terlebih saat ia bersekolah di Kweekschool voor Inlands Onderwijs, Ungaran, terjadi pemberontakan dari penganut Saminisme pada tahun 1917 di Rembang. Aliarcham tambah geregetan dengan pemerintah Belanda.

"Aliarcham mempelajari keadaan ini dan mengetahui bahwa perlawanan kaum tani tersebut disebabkan oleh adanya peraturan-peraturan kenaikan pajak bumi baru, larangan pengambilan kayu hutan, pembayaran uang pengganti kerja rodi, keharusan menjual ternak, dan sebagainya," tutur Ragil.

Ia menyebutkan, Aliarcham merupakan tokoh yang meletakkan fondasi komunisme di kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani. Bahkan, Aliarham ber-manuver hingga ke berbagai daerah dan menjadi tokoh penting perjuangan kaum kiri di Hindia Belanda.

Perjuangan Aliarcham di PKI sangat besar. Pengaruhnya setara dengan tokoh-tokoh mentereng, seperti Alimin, Lukman, Darsono bahkan pemimpin Madiun Affair, Muso.

Ragil mengungkapkan, Aliarcham menggagas konsep pemisahan antara kepengurusan PKI dengan Sarekat Rakyat. Sarekat Rakyat adalah organisasi underbow PKI, tetapi anggota Sarekat Rakyat bukan anggota tetap. Selama kongres PKI, Sarekat Rakyat berhak mengirimkan delegasi sebanyak satu sampai tiga orang.

"Aliarcham tokoh yang pernah punya ide revolusi seperti Muso, Darsono, dan kawan-kawan lainnya. Pusat pergerakan mereka waktu itu di Semarang. Mereka, termasuk Aliarcham merencanakan kudeta terhadap pemerintahan (Belanda) waktu itu," bebernya.

Ragil melanjutkan, saat gerakan Aliarcham dan kawan-kawan untuk kudeta muncul, seorang tokoh komunisme besar yang tak lain adalah Tan Malaka tak menyetujui, sehingga memilih hengkang dari Indonesia dan hijrah ke Filipina.

"Dalam pergerakannya, Aliarcham juga turut mengajak banyak orang Pati untuk ikut berjuang melawan pemerintah kolonial, terutama pemogokan kerja," terangnya.

Singkat cerita, setelah gerakannya dilancarkan, pada Desember 1924 dirinya terpaksa angkat kaki dari posisinya sebagai Ketua PKI. Pasalnya, usai melancarkan perlawanan kepada pemerintah kolonial, Aliarcham menjadi buron.

Selain itu, situasi internal partai mulai ada gejolak. Banyak pertentangan muncul dari kalangan progresif lain, Sardjono dan Boerhanoedin. Dikala kongres PKI berlangsung, Sardjono sebagai presidium sidang mengumbar bahwa Aliarcham dikejar-kejar pemerintah kolonial Belanda.

Sehingga poin tersebut menjadi pertimbangan peserta kongres untuk menyingkirkan Aliarcham dari tampuk kepemimpinan partai tersebut pada 10 Desember 1924.

Turunlah Aliarcham dari tahtanya digantikan oleh Sardjono. Tak berlangsung lama, pada Januari 1925 ia ditangkap. Lalu dibawa ke pengasingan. Perjuangan Aliarcham pun berakhir. Ia diangkut ke Boven Digoel hingga wafat pada 1933.

"Aliarcham jadi tahanan Boven Digoel sampai meninggal ya di sana. Ia wafat karena iklim di Papua memang sangat ekstrem, apalagi nyamuk malaria hitam sangat mematikan," terang Ragil.

413