Home Pendidikan OPREC II Hadir Kembali, Praktisi Ajak Mahasiswa KPI UIN Walisongo Belajar Hadapi Krisis dan Membuat Kampanye PR

OPREC II Hadir Kembali, Praktisi Ajak Mahasiswa KPI UIN Walisongo Belajar Hadapi Krisis dan Membuat Kampanye PR

Semarang, Gatra.com - OPREC atau Orientations of Public Relations: Event and Campaign PR diadakan kembali di tahun ini.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam FDK UIN Walisongo konsentrasi Public Relations yang tergabung di Walisongo Public Relations Community (WPRC).

OPREC II dilaksanakan pada Selasa (26/9) di Teater Planetarium UIN Walisongo Semarang dan diikuti oleh 115 peserta dari mahasiswa Mata Kuliah Public Relations dan Kampanye Public Relations.

OPREC merupakan kegiatan Praktisi Mengajar di Mata Kuliah yang diampu oleh Alifa Nur Fitri,M.I.Kom.,AMIPR. Praktisi yang menjadi pemateri dalam kegiatan ini adalah Wildan Adi Nugraha yang merupakan Corporate Communications Telkomsel Regional Jateng dan DIY, serta Hafizh Tamam yang merupakan Founder Si Dolan dan Humas Bahagia Berbagi Indonesia.

Baca Juga: WCA UIN Walisongo Ikuti NSLSM, Aksi Peduli Nyata Lewat Karya

Alifa Nur Fitri menyampaikan, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa praktik kehumasan di lingkungan kerja. Setelah mahasiswa mendapatkan materi di kelas tentang perancanaan kampanye PR serta bagaimana tahapan dalam menghadapi krisis kehumasan.

“Melalui acara ini mahasiswa diharapkan mendapat gambaran bagaimana caranya membuat kampanye PR yang menarik serta penanganan krisis yang tepat dari sudut pandang para praktisi,” terangnya.

Wildan Adi Nugraha menyampaikan dalam penanganannya seorang Public Relations atau Corporate Communication harus mampu untuk melakukan analisis awal terlebih dahulu apakah peritiwa itu merupakan sebuah isu atau krisis. Hal ini penting untuk dilakukan karena penanganan isu dan krisis berbeda.

“Ketika terjadi krisis seorang public relations harus bisa mengumpulkan semua data terlebih dahulu. Setelah itu menyatukan suara untuk menentukan penanganan yang tepat dalam menghadapi krisis tersebut. Langkah selanjutnya menentukan siapa yang menjadi “Spokes person” dan memberi keterangan media secara jujur dan transparan melalui chanel atau media yang tepat,” katanya.

Wildan menambahkan kegiatan penting dari seorang Public Relations adalah tidak hanya berbicara, namun yang paling penting adalah mendengarkan. Dengan mendengar PR bisa menjadi “early warning system” .

“Mendengar tidak hanya secara langsung tetapi juga media monitoring, melihat apa yang dibicarakan stakeholder tentang perusahaan kita,” terangnya.

Baca Juga: Kasus Pinjol di UIN RM Said, OJK Turun Tangan

Hafizh Tamam yang juga merupakan alumni jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Walisongo menyampaikan dalam membuat sebuah kampanye public relations dari hal yang sederhana tapi mengena. Langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan mendengar sekitar, dengan menyadari lingkungan tedekat, dan tarik kesimpulan apa yang menjadi permasalahan sekitar.

“Kampanye PR yang dilakukan harus memberikan manfaat bagi sekitar. Maka langkah awalnya adalah mendengar sekitar untuk melihat permasalahan. Langkah selanjutnya adalah dekat-melekat artinya dalam kampanye PR kita perlu menggunakan dikasi yang mudah diucapkan, mudah diingat, unik dan diusahakan memiliki makna,” tandasnya.

Kegiatan ditutup dengan studi kasus yang diberikan dari masing masing pemateri. Mulai dari penanganan krisis dan membuat kampanye yang dilatarbelakangi permasalahan di bidang pendidikan, lingkungan dan ekonomi.

60