Sleman, Gatra.com - Dari keinginan kecil agar pendapatan di bengkelnya bisa tercatat rapi untuk kemudian bisa dikembangkan, pemilik Madina Service Car Jogja, Khozinatul Asror Sidiq (46), tak menyangka sekarang bengkelnya menjadi pusat pembelajaran tata kelola perbengkelan mobil yang ideal.
Berawal dari bengkel kecil, dampak mengimplementasikan Astra Manajemen Sistem (AMS) secara benar menghasilkan dua bengkel baru dan kebebasan waktu bagi Khozin untuk merambah dunia usaha lainnya.
Bertemu di bengkelnya di Jalan Dr. Radjimin Ngemplak, Desa Tridadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (22/9) pagi, Khozin bersemangat menceritakan perkembangan Madina Service Car yang didirikannya pada Juli 2009 silam.
“Setelah 11 tahun menjadi montir di berbagai bengkel di kota-kota Indonesia dan terakhir di Yogyakarta, setahun setelah menikah saya memutuskan mendirikan bengkel sendiri di Sleman,” katanya memulai pembicaraan.
Berjalan selama tiga tahun, Khozin malah mempertanyakan apa yang salah dari usahanya karena dinilai tidak berkembang. Padahal secara bisnis, konsumen yang membutuhkan jasanya terus ada. Namun dari sisi finansial, usahanya tidak sesuai harapan.
Sebagai pemilik, Khozin baru menyadari permasalahannya ternyata jauh lebih berat dari sekadar apa yang dihadapi sebagai montir. Dirinya dihadapkan pada permasalahan tentang tata kelola keuangan, tata kelola administrasi, keamanan kerja, kebersihan lingkungan kerja, pengelolaan karyawan, dan pelayanan pada konsumen.
Tidak menyerah pada kondisi itu, atas saran salah satu konsumen, pada 2014 Khozin memberanikan diri menghadirkan tata kelola bengkel secara mandiri dengan membeli komputer, membuat program manajemen keuangan, dan membayar pegawai khusus untuk menangani administrasi.
“Saya nekat. Pasalnya ini bukanlah investasi yang tidak pernah dipikirkan. Banyak pemilik bengkel, mungkin sampai sekarang, masih menganggap tata kelola bengkel yang baik itu adalah dirinya sendiri dan tidak memerlukan bantuan orang lain. Saya awalnya juga seperti itu dan ini salah,” jelasnya.
Tata kelola administrasi yang benar inilah yang kemudian memberi pemahaman baru bagi Khozin tentang data mobil yang diperbaiki, pendapatan dan biaya operasional per bulan, hingga gaji karyawan.
Hasilnya, investasi tersebut yang membuat Khozin bisa keluar dari persoalan klasik industri jasa bengkel mobil. Perlahan-perlahan pendapatannya mulai sesuai harapan.
Atas keberhasilan menata manajemen bengkel ini, Khozin diminta pemilik bengkel lain memberi pelatihan pada 2015. Tercatat saat itu 36 pemilik bengkel se-Indonesia hadir sebagai peserta.
“Ternyata mereka mengeluhkan hal yang dulu saya alami. Pekerjaan ada, namun uangnya tidak terkumpul. Kerja luar biasa, namun tidak mampu membahagiakan diri sendiri. Saya kemudian memberikan pemahaman mengenai keuntungan penerapan tata kelola bengkel,” ucapnya.
Usai pelatihan ini, Khozin bertemu dengan tim Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) Yogyakarta. Agar bisa mendapatkan pelatihan manajerial dan teknisi, YDBA mensyaratkan 20-30 pemilik bengkel sebagai peserta.
Khozin yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan program, menawarkan kesempatan ini kepada 80 pemilik bengkel di Sleman dan 60 persen menolaknya.
Alhasil, saat hari pelatihan dirinya hanya mendapatkan 36 pemilik bengkel dan itupun didominasi dari kabupaten-kabupaten di Karesidenan Kedu.
“Alasan mereka menolak, karena tidak memerlukan hal-hal seperti itu bengkel mereka sudah jalan. Ini membuat saya selesai, tidak meneruskan penawaran pelatihan,” ucapnya.
Oleh tim Astra, Khozin bersama 25 pemilik bengkel dikenalkan dengan tata kelola bengkel sebagai sebuah unit usaha yang komprehensif. Tata kelola manajerial itu mampu mengelola karyawan agar tetap produktif dan dapat meningkatkan pelayanan kepada konsumen.
Hal pertama yang dituntut setelah pelatihan adalah penerapan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) di bengkel masing-masing. Setelah ini tercapai, berlanjut pada ketersediaan fasilitas dan keamanan lingkungan kerja serta pembuatan sistem manajemen yang mengacu pada Astra Manajemen Sistem (AMS) yang dipegang bengkel-bengkel Astra.
“Dari lima bengkel yang ditunjuk untuk mengimplementasikan, Madina Service Car Jogja menjadi yang terbaik dan ditetapkan sebagai bengkel mitra Astra yang pertama di Yogyakarta yang mendapatkan sertifikasi mandiri pada 2019,” ujar lulusan STM Pancasila Kutoarjo tahun 1996 ini.
YDBA menurutnya hadir di saat yang tepat di mana dirinya dan pengelola bengkel membutuhkan paradigma baru dalam pengelolaan usaha perbengkelan mobil. Dalam acuannya, AMS menuntut setiap bengkel yang bergabung dalam program pelatihan YDBA menerapkan empat hal seperti bengkel-bengkel Astra.
Empat hal itu yaitu penerapan 5R, tata kelola pembukuan, pelayanan kepada konsumen, dan keselamatan kerja. Empat hal itu terus dituntut untuk diterapkan dan ditularkan kepada pemilik bengkel yang baru bergabung dalam sistem pelatihan YDBA.
Khozin menyatakan, setelah bergabung dan menerapkan AMS, bengkelnya oleh pihak Astra terus dipromosikan kepada pemilik unit kendaraan yang sudah lepas masa garansi. Madina Service Car dinyatakan sebagai bengkel binaan yang setara dengan bengkel Astra resmi.
“Jadi ketika konsumen datang, keluhan akan kami tanggapi dengan pemeriksaan langsung oleh mekanik. Setelah itu baru kita sampaikan ke konsumen biaya jasa service dan harga suku cadang bila ada pergantian. Dari sini konsumen bisa menegosiasikan harga maupun waktu pengerjaan,” jelasnya.
Tidak hanya itu, konsumen yang datang ke Madina Service Car juga mendapatkan kepastian biaya servis setiap bagian mobil. Pasalnya Khozin telah memiliki data harga perbaikan setiap bagian mobil secara lengkap berdasarkan tahun pembuatan mobil.
“Sekarang konsumen yang datang tidak lagi harus berurusan dengan saya. Ada sistem yang sudah berjalan sehingga tim bisa menangani. Saya lebih banyak meluangkan waktu untuk mengerjakan hal-hal lainnya seperti pengembangan dua bengkel baru dan mengurus lahan pertanian di Purworejo,” katanya.
Kepala Departemen Communication and Information System YDBA Rahmat Handoyo mengatakan, pengembangan UMKM di Indonesia agar naik kelas, mandiri, dan dapat bersaing baik di pasar nasional maupun global ini sejalan dengan cita-cita Astra.
“Hal tersebut sejalan dengan Sustainability Development (SDGs) yang saat ini menjadi perhatian bersama, salah satunya pada goal nomor 8, yaitu mempersiapkan pekerjaan layak dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” tulisnya lewat rilis ke Gatra.com.
Pengembangan ini berdampak pada peningkatan ekonomi UMKM yang juga turut menciptakan lapangan pekerjaan.
YDBA menjalankan program tanggung jawab sosial Astra dengan fokus pada pembinaan UMKM yang meliputi manufaktur, baik terkait value chain bisnis Astra, maupun yang tidak terkait, seperti bengkel umum roda empat dan roda dua, kerajinan, kuliner, serta pertanian.
Pelatihan ini berlandaskan sejumlah nilai, yaitu Compassionate, Adaptive, Responsible, dan Excellent. YDBA memberikan pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk naik kelas dan mencapai kemandirian.
“Hingga Desember 2022, YDBA telah memberikan pembinaan kepada 12.313 UMKM di bidang manufaktur, bengkel, kerajinan, dan kuliner serta pertanian. YDBA secara tidak langsung juga telah menciptakan 72.465 lapangan pekerjaan melalui UMKM yang difasilitasinya,” tutup Rahmat.