Ramallah, Gatra.com - Pasukan Israel menembak mati dua warga Palestina dalam serangan menjelang fajar di Tepi Barat pada hari Minggu. Kementerian kesehatan Palestina mengatakan kejadian itu berlangsung ketika tentara mengkonfirmasi bahwa mereka melakukan aktivitas “kontra-terorisme” di wilayah pendudukan.
AFP, Minggu (24/9) melaporkan, kekerasan yang terkait dengan konflik Israel-Palestina telah meningkat sejak awal tahun lalu, khususnya di Tepi Barat. Kematian terbaru ini menjadikan jumlah warga Palestina yang terbunuh dalam serangan Israel sejak Selasa menjadi delapan orang.
“Dua warga Palestina tewas terkena peluru tajam Israel di kepala di kota Tulkarem,” kata kementerian itu. Tentara Israel mengkonfirmasi seorang tentara terluka ringan akibat pecahan peluru, dalam bentrokan di kamp pengungsi Nur Shams dekat kota tersebut.
Kementerian Kesehatan Palestina mengidentifikasi dua orang yang tewas sebagai Osaid Abu Ali, 22 tahun, dan Abd Al-Rahman Abu Daghash, 32 tahun.
Ibrahim Al-Nimer, seorang warga dan perwakilan kelompok advokasi Klub Tahanan Palestina di kamp tersebut mengatakan keduanya adalah warga sipil.
“Tentara memasuki kamp setelah pukul 02.00... dan menghancurkan jalan-jalan dan beberapa rumah di kamp,” kata Nimer.
Baca Juga: Pasukan Israel Bunuh Tiga Warga Palestina, Melukai 29 Lainnya di Jenin
“Pasukan membongkar pusat komando operasional, di dalam sebuah bangunan di kamp tersebut, dan juga menemukan sejumlah besar alat peledak termasuk alat peledak berbasis gas,” kata tentara Israel dalam sebuah pernyataan.
“Selama aktivitas tersebut, para tersangka melepaskan tembakan dan melemparkan alat peledak ke arah pasukan yang membalas dengan tembakan langsung,” kata tentara.
Dalam beberapa bulan terakhir, telah terjadi peningkatan serangan militer dan peningkatan serangan Palestina terhadap warga Israel, serta peningkatan serangan pemukim Tepi Barat terhadap warga Palestina.
Israel telah menduduki Tepi Barat sejak Perang Enam Hari tahun 1967.
Tidak termasuk Yerusalem Timur yang dianeksasi, wilayah tersebut kini menjadi tempat bagi sekitar 490.000 warga Israel, yang tinggal di permukiman, yang dianggap ilegal menurut hukum internasional.
Palestina, yang menginginkan negara merdeka, ingin Israel menarik diri dari seluruh wilayah yang didudukinya dalam Perang Enam Hari dan membongkar seluruh permukiman Yahudi.
Namun, pemerintahan koalisi sayap kanan yakni Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mendorong perluasan pemukiman. Di antara anggota pemerintah terdapat pemukim, termasuk Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir.
Setidaknya 241 warga Palestina telah terbunuh dalam konflik Israel-Palestina sepanjang tahun ini.
Baca Juga: Pasukan Israel Membunuh Warga Palestina saat Kekerasan di Tepi Barat
Menurut penghitungan AFP berdasarkan sumber resmi di kedua belah pihak, pertumpahan darah juga telah menyebabkan 32 warga Israel, seorang Ukraina dan seorang Italia tewas dalam periode yang sama.
Mereka termasuk, di pihak Palestina, para pejuang serta warga sipil dan, di pihak Israel, sebagian besar adalah warga sipil termasuk anak di bawah umur dan tiga anggota minoritas Arab.
Dalam beberapa hari terakhir, kerusuhan juga meningkat di Jalur Gaza yang diblokade Israel, dan warga Palestina mengadakan protes harian yang berubah menjadi kekerasan di sepanjang perbatasan dengan Israel.
Pada hari Sabtu, tentara Israel melancarkan serangan pesawat tak berawak setelah protes keras yang mengakibatkan tiga warga Palestina terluka akibat tembakan Israel.
Serangan itu adalah salah satu dari serangkaian serangan yang terjadi di tengah protes warga Palestina, di perbatasan setelah Israel yang menutup penyeberangan Erez, satu-satunya jalan masuk ke Israel dari Gaza.
“Serangan hari Sabtu itu menargetkan sebuah pos militer milik organisasi teroris Hamas,” kata tentara seraya menuduh kelompok militan Palestina yang menguasai Jalur Gaza.