Jakarta, Gatra.com – Pengamat komunikasi politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Nyarwi Ahmad, mengatakan bahwa gagasan-gagasan yang disampaikan Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto di kampus tersebut dalam agenda “3 Bacapres Adu Gagasan” pada Selasa, 19 September 2023 lalu, belum sepenuhnya meyakinkan.
“Yang harus kita cermati, diferensiasi visi-misi dari ketiga bacapres itu masih kurang menonjol. Ya memang ada unsur keberlanjutan, ada unsur perubahan, tapi ketegasan bacapres masing-masing dalam menjelaskan visi-misi, itu belum terlalu tajam,” ujar Nyarwi kepada Gatra.com, Sabtu, (23/9).
Lebih jauh, Nyarwi merinci apa saja yang menurutnya belum begitu jelas disampaikan oleh para bacapres. Hal-hal itu meliputi soal kepemimpinan (leadership), gagasan keberlanjutan atau perubahan kebijakan ekonomi, hingga bentuk demokrasi.
Nyarwi juga belum bisa meingidentifikasi perbedaan atau persamaan antara ketiga bacapres dengan presiden eksisting saat ini, Jokowi. Ia mengatakan, konsep pembangunan ekonomi Jokowi saat ini sudah dilabeli Jokowinomics, sementara ketiga bacapres belum menawarkan alternatif baru. “Ada enggak Prabowonomics, Ganjarnomics, Aniesnomics?” katanya.
Nyarwi juga belum melihat ada bacapres yang menyentuh perhatian (concern) anak-anak muda dari generasi milenial dan Gen Z. Ia mengatakan, anak-anak muda saat ini punya perhatian makro dan mikro.
Ia menyampaikan, makro meliputi hal-hal yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, kebanggaan pada negara, hingga pengelolaan kekuasaan. Sedangkan bidang mikro meliputi hal-hal yang berkaitan erat (relate) dengan kehidupan mereka sendiri.
“Yang sedang mereka butuhkan misalnya kejelasan pertumbuhan ekonomi yang memungkinkan akses ke industri atau usaha, termasuk lapangan kerja, itu yang concern terkait dengan ekonomi politik,” ujar pengamat yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) itu.
Sementara itu, di media sosial Twitter atau X yang merupakan tempat milenial dan Gen Z berekspresi, adu gagasan ketiga bacapres di UGM ramai diperbincangkan. Lembaga analisis media sosial Drone Emprit menangkap ada pembicaraan mengenai pernyataan-pernyataan bacapres mengenai isu-isu besar.
“Saat acara berlangsung, kutipan pernyataan dari para bacapres menjadi sorotan di antaranya perihal kebebasan pendapat, politik identitas, penegakan hukum, komitmen pada antikorupsi, juga informasi persiapan para bacapres dalam setiap sesi,” ujar Founder Drone Emprit, Ismail Fahmi, pada Kamis, (20/9/2023).
Di samping itu, Drone Emprit juga mencatat bahwa warganet tertarik dalam membahas sejumlah hal dari para bacapres. Saat membahas Anies, warganet banyak membahas soal pemeriksaan pajak hingga julukan Wakanda bagi Indonesia dalam konteks sensor kebebasan berpendapat.
Sedangkan saat membincangkan Prabowo, warganet banyak membahas soal integritas calon legislatif (caleg) eks koruptor hingga aksi Ketum PAN, Zulkifli Hasan, yang diduga mempraktikkan politik uang (money politics).
Sementara topik cuitan warganet yang mendominasi ketiak membahas Ganjar meliputi apa yang dianggap blunder ketika Gubernur Jawa Tengah itu dinilai merendahkan profesi jurnalis. Selain itu, yang menjadi perbincangan mengenai Ganjar meliputi isu petugas partai dan politik identitas atas kehadirannya di video azan maghrib di sebuah stasiun televisi swasta.
Meski begitu, pembahasan warganet mengenai gagasan-gagasan besar yang bersifat makro baru sebatas itu. Warganet juga masih lebih banyak tertarik membahas soal pembawaan para bacapres di atas panggung, seperti cara presentasi tanpa teks, hingga penyampaian jawaban yang tegas, jujur, atau justru bertele-tele.
“Netizen pendukung para bacapres aktif membicarakan kelebihan para tokoh unggulannya masing-masing, selain juga membagikan video blunder bacapres lawan,” cuit Ismail Fahmi.