Batam, Gatra.com - Kalau menengok skenario perlakuan yang dibikin oleh Badan Pengusahaan Batam kepada warga tempatan yang ada di Pulau Galang Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau itu, bisa jadi perlakuan itu menjadi yang terbaik di Indonesia.
Tengok sajalah, selain mendapat duit pengganti tanaman, warga yang mau direlokasi ke Dapur Tiga Kelurahan Sijantung Barelang itu juga dikasi rumah tipe 45 senilai Rp120 juta.
Lahan untuk satu unit rumah itu tak pula kecil, 500 meter persegi. Sangat bisa dipakai untuk bercocok tanam dan beternak.
Selagi rumah itu belum siap huni, warga yang direlokasi ini tempatkan dulu di sejumlah rumah susun, rumah dan rumah toko yang telah disiapkan BP Batam. Fasilitas ini layak huni bagi orang yang sudah berkeluarga, apalagi lajang.
Yang mau cari sewaan sendiri, boleh juga. BP Batam akan memberikan duit sewa Rp1,2 juta sebulan. Tiap orang yang direlokasi, baik yang tinggal sementara di rumah susun, rumah dan rumah toko yang disiapkan BP Batam, serta mereka yang menyewa sendiri, masih dapat biaya hidup Rp1,2 juta sebulan.
Hunian yang diberikan pemerintah itu, dipastikan legal. Menteri ATR/BPN sendiri yang akan mengawal proses itu.
Kalau kemudian ditanya fasilitas apa saja yang akan dirasakan oleh warga relokasi di tempat yang baru, teramat panjang untuk dijelaskan. Sebab fasilitas di sana dibikin komplit.
Saking komplit dan asrinya, BP Batam berani bilang kalau komplek yang baru itu bisa menjadi komplek percontohan di Indonesia. Nama komplek baru itu; Kawasan Nelayan Maritim City.
"Begitulah cara pemerintah menjaga hak rakyat, hak kultural, serta hak kesulungan warga yang sudah bermukim secara turun-temurun di Rempang," kata Kepala Biro Humas, Promosi dan Protokol Bp Batam, Ariastuty Sirait saat berbincang dengan Gatra.com, kemarin.
Ada dua kampung di Rempang itu yang musti direlokasi; Rempang Cate dan Sembulang. Itu dilakukan lantaran di kawasan itu bakal dibangun Pabrik Kaca Silika dan Pasir Kuarsa.
Inilah zona pertama dari tujuh zona yang dibikin di Rempang itu oleh PT. Makmur Elok Graha (MEG). Duit yang bakal diguyur ke semua zona ini mencapai Rp381 triliun. Xinyi Group akan andil di sana Rp174 triliun.
Angka ini teramat besar ketimbang rata-rata total investasi di Batam yang berada di kisaran Rp13,63 triliun setahun.
Dan untuk investasi di pulau seukuran Rempang yang hanya seluas 17.500 hektar, investasi PT. MEG dan Xinyi itu menjadi super jumbo. Tak terbayangkan seperti apa kelak wajah Rempang setelah diguyur oleh duit sebanyak itu.
Dan tak terbayangkan pula, berapa jumlah tenaga kerja yang terserap dan berapa banyak perputaran duit yang akan terjadi di sana. Wajar kalau kemudian dibilang, kelak, Rempang akan menjadi mesin ekonomi baru di Indonesia.
Pada geliat inilah masyarakat Rempang, Galang dan bahkan Batam ikut andil. Sebab Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) akan menggeliat seiring pertumbuhan realisasi investasi itu.
"UMKM akan sangat hidup. Sebab itu tadi, semua proses di sana akan melibatkan UMKM. Contoh sederhana saja ini; usaha bahan pokok dan makanan. Ini kan yang akan menyediakan pasti masyarakat di sana," ujarnya.
Biar masyarakat tempatan bisa punya andil lah makanya kemudian dimunculkan program pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui beasiswa dan pelatihan. Biar generasi muda Rempang siap menjadi tenaga yang mendukung industri.
Lagi-lagi, generasi muda Rempang menjadi sumber utama pekerja di industri yang ada. Warga menjadi pelaku UMKM untuk mendukung kegiatan industri.
"Intinya, lapangan kerja akan terbuka seluas-luasnya untuk masyarakat Rempang. Dengan adanya bonus demografi hingga 2040, maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja seluasnya bagi generasi usia kerja yang berjumlah 70% dari populasi," Tuty merinci.
Tapi kalau kemudian semua rencana ini terhambat dan bahkan batal, dampak negatifnya bakal merembet kemana-mana.
Investasi itu akan pindah, sementara untuk mendapatkan investasi super jumpo semacam ini, Indonesia berkompetisi ketat dengan negara tetangga.
Dan, oleh penolakan yang ada, akan membikin citra Batam (Indonesia) buruk dalam dunia investasi. Kalau sudah buruk, otomatis akan menurunkan tingkat kepercayaan investor terhadap Batam dan bahkan Indonesia.
Abdul Aziz