Jakarta, Gatra.com - Bakal Calon Presiden (Bacapres) dari Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto menjadi sorotan usai tampil di acara 3 Bacapres Bicara Gagasan, di Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (19/9) kemarin. Ia menjadi Bacapres terakhir yang menyampaikan gagasannya.
Salah satu segmen acara, adalah Najwa meminta para bacapres untuk refleksi diri di depan cermin besar. Anies mengikuti instruksi dengan bercerita tentang pesan senada yang disampaikan oleh ibunya.
Demikian juga bacapres Ganjar Pranowo, yang mengingatkan dirinya atas pesan mendiang orangtua agar melaksanakan amanat dengan baik dan tidak korupsi.
Sedangkan bacapres Prabowo, justru enggan berbincara di depan cermin. Ketua Umum Partai Gerindra itu hanya memberikan gestur hormat ketika berdiri dihadapan cermin besar yang sudah disediakan.
Psikolog Hanna Rahmi menilai, sikap Prabowo tersebut menunjukkan kecenderungan penyangkalan atau istilah umumnya, denial. Ketika melihat pantulan diri, lanjut Hanna, bacapres Prabowo punya ketakutan gagal seperti sebelumnya.
"Kita lihat kalau dari beberapakali kegagalannya gitu, ada kecenderungannya untuk denial," ucap Hanna dalam keterangannya yang diterima pada Jumat (22/9).
Akademisi Universitas Bhayangkara ini mengatakan, sikap penyangkalan itu muncul lantaran kegagalannya di masa lalu. Sehingga khawatir dikesankan mengkhayal terlalu tinggi atau halu.
"Jadi kekhawatiran dia untuk dikatakan gagal. Jadi kalau misalnya gagal dia gak ingin melihat apa yang menjadi faktor kegagalan, nah itu ada yang kecenderungannya seperti itu," katanya.
Berada di tengah dua bacapres yang jauh lebih muda, menurut Hanna juga mempengaruhi sikap Prabowo. Di acara malam itu, Prabowo tampak ingin memperlihatkan kesan yang sama dengan bacapres lain. Namun, Prabowo justru menunjukkan sisi atau karakternya yang tertutup dan memiliki batasan kuat. Hanna mencontohkan saat pembahasan data kekayaan Prabowo.
"Paling kaya tentu karena sudah paling senior. Tapi kemudian ada yang bagian di-reject dan ingin dipercepat. Ada satu kekhawatiran jangan-jangan ini kaya dari sesuatu, itu (Prabowo) punya kekhawatiran seperti itu," jelasnya.
Tak hanya denial, Hanna juga menilai Prabowo juga menunjukkan sikap membatasi diri. Padahal, bercermin untuk diri sendiri bukan masalah.
"Tapi dia blocking di situ, dia nggak ingin orang lain tahu. Menutupi jadi jangan sampai orang itu tahu apa yang menjadi kekurangan, kelemahan. Orang dengan karakter seperti itu dia cenderung ya sudah pokoknya saya bantu tapi gak perlu tahu bantuannya apa dari mana, dia punya kekhawatiran jadi dia sudah menganulir sehingga gak perlu sampai ke dalam sana," jelasnya.