Home Pendidikan Sebanyak 3.956 Ijazah Alumni Undana Bermasalah, Rektor Tolak Cetak Ulang

Sebanyak 3.956 Ijazah Alumni Undana Bermasalah, Rektor Tolak Cetak Ulang

Kupang, Gatra.com – Ratusan alumni Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar aksi demnstrasi di Gedung Rektorat Undana, Rabu (20/9). Aksi protes para alumni itu menyusul adanya kesalahan penulisan nomor akreditasi dalam ijazah wisudawan periode Juni dan September 2023.

Koordinator aksi Isay Lampada, mengatakan, aksi tersebut merupakan bentuk keprihatinan alumni terhadap sistem kerja di Undana yang mengeluarkan ijazah bermasalah.

"Penulisan hal lain sudah benar tetapi untuk penulisan akreditasi yang salah, yang sebetulnya harus tahun 2023. Wisudawan periode 2023 nomor akreditasinya masih menggunakan yang lama," kata Isay Lampada.

Isay mengatakan, para pra alumni sangat dirugikan akibat kelalaian pihak Undana yang tidak teliti. Karena itu, pihaknya meminta agar Undana memcetak baru dan tulis ulang, dan mengganti ijazah yang telah diterbitkan.

"Ini sangat merugikan kami karena ijazah yang kami sudah ambil dan legalisir tidak lagi berguna, tapi hanya ada surat keputusan mengenai salah penulisan akreditasi. Karena itu, kami minta dicetak baru dan ditulis ulang ijazah kami," ucapnya tegas.

Isay menyampaikan, para alumi secara tegas menolak surat rekomendasi yang akan dibuat Rektor Undana, Prof. Max U E Sanam.

"Kami secara tegas menolak surat rekomendasi itu. Kami hanya membutuhkan ijazah aslinya. Kami evaluasi dulu, kalau semua setuju maka kami akan menggugat Undana di PTUN," jelas Isay.

Wakil Rektor Bidang Akademi Undana Prof. Annytha I R Detha, membenarkan adanya kesalahan penulisan nomor akreditasi.

"Ada kesalahan penulisan akreditasi, tapi pin ijazah tidak bermasalah, karena itu kita ambil dari Dikti. Kita akan buatkan surat keterangan dan itu sah," kata Prof. Annytha I R Detha.

Bagian akademik Undana, ujar Annytha, akan memberikan fotocopy sertifikat akreditasi yang sudah dilegalisir. Sedangkan ijazah yang bermasalah dalam penulisan akreditasi tetap berlaku.

"Ijazah yang ada tetap berlaku. Hanya saja kami akan meyakinkan dengan membuat surat keterangan salah penulisan pada status akreditasi terbaru itu," terangnya.

Sebanyak 3.956 Ijazah Bermasalah

Annytha menyebutkan ijazah yang bermasalah itu berjumlah 3.956, dengan rincian untuk wisudawan periode Juni 2023 berjumlah 1.900 orang, sedangkan periode September 2023 berjumlah 2.056 orang.

"Kami akui dan sadari itu merupakan human error sehingga kami benahi dan menjadikan sebagai pelajaran berharga. Dalam waktu dekat, berita acara yang sudah dibuatkan akan segera ditindaklanjuti," kata Annytha.

Annytha menegaskan, akan memberikan pembinaan dan penindakan terhadap pegawai yang melakukan kesalahan dalam penulisan ijazah.

"Pegawai yang melakukan kesalahan akan kami lakukan pembinaan dan penindakan sesuai keputusan rektor," katanya.

Tolak Cetak Ulang dan Tuding Ada Provokasi

Sementara itu, Rektor Undana, Prof. Maxs U. E Sanam, menegaskan, Ijazah yang sudah diserahterimakan dan sudah digunakan tidak bisa dicetak ulang. Ijazah yang telah diterima lulusan dan sudah digunakan juga tidak dapat digandakan.

"Ijazah yang sudah diterimakan dan bahkan sudah dipergunakan tidak bisa dicetak ulang atau digandakan karena masih menggunakan nomor SK Akreditasi lama dan minta dicetak ulang," kata Prof Maxs U. E Sanam.

Menurut Maxs, kesalahan penulisan nomor SK Akreditasi Undana pada Ijazah ribuan lulusan itu tidak prinsipil karena status Akreditasi Undana bisa diakses online melalui link BANPT.

"Kesalahannya tidak prinsipal, status akreditasi Undana bisa diakses secara online melalui link BANPT," ujarnya.

Ia menegaskan, yang penting dalam sebuah Ijazah itu adalah identitas pemegang Ijazah dan nomor PIN Ijazah-nya benar.

"Begitu juga data-data lainnya benar. Ijazah yang sudah diterimakan dan bahkan sudah dipergunakan tidak bisa dicetak ulang atau digandakan," katanya.

Terkait aksi demo yang bakal dilakukan ribuan alumni, kata Maxs, itu hanya buah dari provokasi beberapa oknum. "Itu kan provokasi oknum. Beberapa alumni sudah kami jelaskan, baik di kampus maupun inbox ke saya serta media berita," tegas Maxs.

132