Bali, Gatra.com- Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan bahwa tahun 2023 ini, prospek pembangunan pengeboran mencapai sebanyak 827 sumur. Menurutnya, peningkatan besar-besaran telah dilakukan sejak tahun 2020 yang hanya mencapai 240 sumur.
"Memang benar lebih tinggi 344% dibandingkan pemboran tahun 2020 sebanyak 240 sumur," kata Dwi dalam pembukaan the 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas Industry 2023 (ICIUOG) di Nusa Dua, Bali, Rabu (20/9).
Namun jumlah itu masih harus terus ditingkatkan. "Untuk mencapai target tahun 2030, kita perlu bertindak agresif. Kita perlu mengebor lebih dari 1.000 sumur per tahun setelah tahun 2025," tegas Dwi.
Baca juga: ICIOG 2023 Ditargetkan Dongkrak Investasi Hulu Migas
Tidak hanya itu, diperlukan investasi besar-besaran juga untuk mencapai sasaran tahun 2030. "Kami perkirakan Hulu Migas Industri perlu menarik investasi lebih dari US$20 miliar setiap tahunnya," lanjut dia.
Adapun target investasi pada tahun 2023 adalah US$15,5 miliar (meningkat 28%). Angka ini lebih tinggi dibandingkan global pertumbuhan investasi dan Rencana Jangka Panjang (LTP) sebesar (6,5%).
Dwi menjelaskan bahwa krisis geopolitik di Rusia dan Ukraina telah mengganggu pasokan energi. Berbagai kebijakan yang dilakukan banyak negara juga berdampak menambahkan dinamika. "Jadi, kita melihat pendulum dalam percakapan trilema energi telah beralih kembali ke keamanan dan keterjangkauan energi," jelas dia.
Baca juga: SKK Migas Kumpulkan Pemangku Kepentingan Hulu Migas di ICIOG 2023
Tantangan-tantangan ini, menurut dia, disertai dengan peluang-peluang. Terutama setelah keberhasilan Indonesia menjadi ASEAN Chairmanship 2023 yang mengusung tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”.
"Kami percaya bahwa sektor minyak dan gas akan tetap relevan dan khususnya gas akan memainkan peran yang lebih strategis sebagai energi transisi dalam memberikan ketahanan energi mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kawasan," ungkap Dwi.
Lebih lanjut Dwi menyebut tantangan lainnya adalah terletak pada bagaimana meningkatkan produksi secara berkelanjutan serta mengurangi emisi pada saat yang bersamaan. Menurutnya, implementasi IOG 4.0 sejak tahun 2020 telah menunjukkan dampak positif.
Baca juga: SKK Migas: Forum Leadership Hulu Migas Akselerasi Target 1 Juta BOPD
"Dengan dukungan dari pemerintah untuk membuka kunci pendorong investasi penting tersebut seperti fleksibilitas dalam hal fiskal dan lain-lain, kegiatan dan investasi telah tumbuh melebihi target," jelas Dwi.