New York, Gatra.com - Para pemimpin Muslim saat menyampaikan pidato mengecam negara-negara Barat atas pembakaran Al- Quran, dan mengecam tindakan yang dilindungi sebagai kebebasan berpendapat sebagai tindakan yang diskriminatif, di markas PBB, New York, hari Selasa (19/9).
AFP, Selasa (19/9) melaporkan, Swedia telah mempertontonkan serangkaian pembakaran kitab suci Islam, dan pemerintahnya menyuarakan kecaman namun tidak dapat menghentikan tindakan yang dilindungi undang-undang, dengan alasan kebebasan berekspresi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan – yang telah memberikan tekanan selama berbulan-bulan kepada Swedia atas penerimaan mereka terhadap aktivis Kurdi yang dianggap Turki sebagai teroris – mengatakan bahwa negara-negara Barat sedang melihat “wabah” rasisme termasuk Islamofobia.
“Ini telah mencapai tingkat yang tidak dapat ditoleransi,” katanya kepada Majelis Umum PBB.
Baca Juga: Pembakaran Alquran Picu Kerusuhan Hebat, 26 Polisi Terluka
“Sayangnya, politisi populis di banyak negara terus bermain api dengan mendorong tren berbahaya tersebut,” ujarnya.
“Mentalitas yang mendorong serangan keji terhadap Al-Quran di Eropa, dengan membiarkannya berkedok kebebasan berekspresi, pada dasarnya mengaburkan masa depan (Eropa) melalui tangan mereka sendiri,” katanya.
Protes di Swedia yang melibatkan pembakaran Alquran diorganisir oleh pengungsi Salwan Momika, memicu kemarahan di Timur Tengah termasuk negara asalnya, Irak.
Erdogan pada bulan Juli mengatakan jika dia akan mencabut blokade terhadap upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO, tetapi parlemen Turki belum meratifikasi keanggotaan negara tersebut.
Presiden Iran Ebrahim Raisi, seorang ulama yang mewakili negara teokratis Syiah, mengangkat Alquran di mimbar PBB.
“Api rasa tidak hormat tidak akan mengalahkan kebenaran ilahi,” kata Raisi, seraya menuduh Barat berusaha mengalihkan perhatian dengan alat kebebasan berpendapat.
“Islamofobia dan apartheid budaya yang terjadi di negara-negara Barat – terbukti dalam tindakan mulai dari penodaan Al-Quran hingga pelarangan hijab di sekolah – dan berbagai diskriminasi menyedihkan lainnya, tidak pantas untuk bermartabat manusia,” kata Raisi.
Baca Juga: UEA, Yordania dan Iran Kutuk Pembakaran Alquran, Panggil Dubes Swedia
Dia menyinggung Perancis yang secara kontroversial melarang siswi Muslim mengenakan jilbab di sekolah.
Emir Qatar, kerajaan yang memiliki hubungan dekat dengan Barat dan dunia Islam lainnya, dalam pidatonya mengatakan bahwa dengan sengaja mengkompromikan kesucian orang lain, tidak boleh dilihat sebagai kebebasan berekspresi.
“Saya akan mengatakan kepada saudara-saudara Muslim saya bahwa tidak masuk akal bagi kita untuk terganggu oleh orang bodoh atau orang yang bias setiap kali dia memprovokasi kita dengan membakar Al-Quran, atau dengan bentuk hal-hal sepele lainnya,” kata Emir, Syekh. Tamim bin Hamad Al Thani.
“Al-Qur’an terlalu suci untuk dinodai oleh orang yang tidak berakal,” katanya.