Jakarta, Gatra.com - Pasar Tanah Abang, Jakarta, belakangan sepi pengunjung. Padahal biasanya, pusat grosir yang menjual berbagai macam kebutuhan tekstil ini ramai dikunjungi masyarakat lokal hingga mancanegara.
Lokasinya yang strategis berada di Jakarta Pusat dan mudahnya akses transportasi membuat Tanah Abang menjadi salah satu pasar tekstil terbesar se-Asia Tenggara. Bahkan, pasar yang sudah berdiri sejak jaman kolonial ini kerap dijadikan salah satu destinasi berbelanja.
Para pedagang Pasar Tanah Abang mengeluhkan sepinya pelanggan yang datang untuk berbelanja di pusat grosir itu. Kondisi ini membuat pendapatan para penjual pakaian turun drastis.
"Setelah pandemi, omzet turun sampai 80%, bisa juga sehari kosong (tidak ada pelanggan)," ungkap Yuliarti salah satu penjual pakaian di Pasar Tanah Abang.
Para penjual menduga bahwa sepinya pelanggan akibat adanya transformasi digital. Apalagi, sosial media saat ini juga menjadi tempat jual-beli dengan adanya fitur 'live' yang membuat interaksi antara penjual dan pembeli bisa dilakukan dengan secara online.
"Biasanya orang langsung belanja ke sini, tapi karena adanya Tiktok jadi orang jarang datang ke sini, efeknya tukang panggul, tukang makanan, juga omzetnya merosot," ucap Novrizal penjual pakaian asal Riau.
Melihat kondisi seperti ini, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (MenKopUKM) Teten Masduki melakukan inspeksi mendadak (sidak) langsung ke Pasar Tanah Abang pada Selasa (19/9).
"Tadi saya sudah keliling dan saya juga sudah tanya (kepada penjual), rata-rata penurunannya di atas 50%," ucapnya saat melakukan konferensi pers di Lobby Timur, Sektor Blok A Pasar Tanah Abang, Jakarta.
Teten menegaskan bahwa penyebab dari penurunan pelanggan Pasar Tanah Abang bukan dari transformasi digital. Namun, adanya penjualan produk-produk impor dengan harga sangat murah sehingga produk-produk tekstil yang ada di Tanah Abang kalah saing.
Maka dari itu, KemenKopUKM akan mengatur arus masuknya barang-barang impor ke Indonesia.
"Produk yang dijual oleh mereka tidak bisa bersaing karna ada produk-produk impor yang dijual, yang harganya sangat-sangat murah sekali. Oleh karna itu, saya sekarang sudah punya beberapa catatan bahwa mungkin yang kita atur itu adalah mengenai arus barang masuk ke Indonesi," tegas Teten.
Reporter: Vanissa Marzaita Saleh