Jakarta, Gatra.com – Wakil Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, Kombes Jayadi, mengungkapkan, selebgram asal Makassar, Nur Utami (NU), tidak mengenal secara langaung gembong narkotika internasional Fredy Pratama.
Dikatakan Jayadi, NU ditetapkan tersangka tindak pencucian uang (TPPU) karena menikmati uang hasil penjualan narkoba jaringan Fredy melalui suaminya berinisial S.
"Tidak, NU tidak kenal sama Fredy Pratama," kata Jayadi kepada wartawan di Bareskrim, Polri, Jakarta, Senin (18/9). Kemudian, S merupakan salah satu bandar atau pengendali narkoba di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel).
Tidak hanya itu, S melakukan kolaborasi peredaran narkoba dengan bandar lain di wilayah Sulsel, yaitu inisial WW yang juga merupakan koordinator jaringan di wilayah Sulsel.
"WW ini sudah kita lakukan penangkapan beberapa waktu yang lalu. Kebetulan Pak Direktur yang melakukan penangkapan di Malaysia dan WW adalah koordinator untuk wilayah Sulsel daerah Timur dan berkolaborasi dengan S. Nah, S ini yang sedang kita lakukan pencarian," imbuhnya.
Selain itu, NU juga mengetahui bahwa pekerjaan S sebagai bandar yang ada di wilayah Sulsel sekitar 4 sampai 5 tahun yang lalu.
Kendati demikian, NU tidak menggunakan secara langsung narkoba tersebut tetapi hanya memanfaatkan aset-aset hasil dari penjualan narkotika S.
Seperti diketahui, Bareskrim Polri telah mengungkap kasus kejahatan lintas negara terkait narkotika dan pencucian uang yang melibatkan jaringan kriminal kelas kakap, Fredy Pratama.
Fredy Pratama yang dikenal dengan nama samaran The Secret, Cassanova, Mojopahit, dan Airbag mengendalikan operasi narkoba di Indonesia dari Thailand.
Dia ternyata terafiliasi dengan jaringan narkoba the golden triangle atau segitiga emas, yaitu jaringan narkoba yang meliputi bagian utara Asia Tenggara, yakni Thailand, Laos, dan Myanmar.
Kabareskrim Polri, Komjen Wahyu Widada, mengungkapkan, sindikat narkoba ini memiliki struktur yang terorganisasi dengan peran masing-masing, termasuk bidang operasional, keuangan, pembuatan dokumen, dan pengumpulan uang. Mereka menggunakan aplikasi komunikasi khusus dan banyak rekening di bank yang berbeda.
"Kami juga menemukan penggunaan beberapa rekening bank dan identifikasi struktur jaringannya dengan peran masing-masing," kata Wahyu.