Depok, Gatra.com – Ganjar Pranowo bertekad akan mewujudkan satu desa memiliki puskesmas dan dokter jika diberi amanah untuk memimpin Indonesia untuk lima tahun ke depan.
Ganjar menyampaikan keterangan tersebut ketika mengisi kuliah kebangsaan FISIP Universitas Indonesia (Universitas Indonesia), Depok, Jawa Barat (Jabar), yang dihelat secara hybrid pada Senin (18/9).
Kepada mahasiswa, dosen, dan elemen kampus berjaket kuning tersebut, Ganjar menyampaikan, itu merupakan salah satu gagasan untuk mewujudkan Indonesia Emas pada 2045.
“Untuk menuju Indonesia Emas, masyarakat harus makmur, sehat, pintar, dan produktif. Nah, soal kesehatan ini, masih banyak PR yang harus kita selesaikan,” ujarnya.
Ganjar melontarkan gagasan tersebut karena fasilitas kesehatan di Indonesia masih belum memadai untuk melayani masyarakat di tingkat paling bawah. Tak ayal, masih ada masyarakat yang berobat ke dukun.
“Untuk itu, saya menargetkan ke depan harus terpenuhi satu desa satu Puskesmas dan satu dokter. Agar masyarakat mudah mengakses fasilitas kesehatan di manapun mereka berada,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa selain membangun sarana dan prasarana, membenahi sistem pendidikan merupakan satu keniscayaan, salah satunya di bidang kesehatan, misalnya kedokteran yang biayanya masih mahal.
“Saya punya pengalaman mendampingi perguruan tinggi yang ingin mengusulkan dibukanya prodi kedokteran. Itu sulitnya minta ampun. Padahal kita masih kekurangan dokter, kan harusnya ini dipermudah,” ujarnya.
Selain itu, kualitas dokter juga masih belum optimal, sehingga masih banyak warga Indonesia berobat ke luar negeri. Menurutnya, ini merupakan pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan.
“Bagaimana infrastruktur kesehatan harus merata, kualitas dokter ditingkatkan, dan lainnya. Dan ini mesti cepat,” ujarnya.
Ganjar juga menyolal tentang pengembangan industri alat-alat kesehatan (Alkes) di Tanah Air yang belum menggembirakan sehingga masih mengimpor berbagai Alkes dari berbagai negara.
“Ke depan pengembangan kawasan industri kesehatan harus kita genjot agar peralatan kesehatan kita bisa kembangkan sendiri. Tidak melulu kita harus impor, karena kita sebenarnya bisa membuatnya di dalam negeri,” katanya.
Menurutnya, pengalaman pandemi Covid-19 kemarin harus menjadi momentum kebangkitan Indonesia di bidang Alkes agar tidak terulang lagi kelimpungan hanya untuk memenuhi kebutuhan masker.
“Di sinilah peran penting kampus, BRIN, dan pengusaha untuk ditugaskan agar mampu memproduksi alat kesehatan sendiri. Anggaran untuk penelitian dan inovasi harus kira dorong untuk mewujudkan itu,” katanya.