Jakarta, Gatra.com– Limfoma Hodgkin adalah salah satu dari dua jenis kanker pada sistem kelenjar getah bening. Pada limfoma Hodgkin, kanker terjadi akibat mutasi sel B pada sistem limfatik, yang ditandai dengan adanya sel Reed-Sternberg melalui pemeriksaan patologi.
Berbeda dengan kanker limfoma jenis lainnya yaitu limfoma non-Hodgkin, yang tidak ditemukan adanya sel Reed-Sternberg. “Kanker limfoma jenis Hodgkin umumnya menyebar bertahap melalui pembuluh getah bening," kata Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik, Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD KHOM, FINASIM dalam konferensi persnya di Jakarta, Jumat (15/9).
Dr Andhika menjelaskan, pada stadium lanjut bisa menyebar melalui aliran darah ke organ vital seperti hati, paru-paru dan sumsum tulang belakang, meski sangat jarang. Ia menyampaikan pentingnya masyarakat mengenali gejala limfoma Hodgkin.
Baca juga: Konsensus Skrining Kanker Paru Indonesia Resmi Diluncurkan
Di antaranya pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, dan/atau pangkal paha, dan bisa disertai dengan B symptoms. Yaitu demam > 38o C, berkeringat pada malam hari, penurunan bobot lebih dari 10% selama 6 bulan, gatal-gatal, dan kelelahan yang luar biasa.
Sebagian besar kasus limfoma Hodgkin menjangkiti usia muda, yakni usia 15 – 30 tahun. “Kasus limfoma Hodgkin banyak ditemukan di usia muda karena sistem imun belum terbentuk secara matang, sehingga mudah mengalami perubahan,” terang dr. Andika.
Namun demikian, usia dewasa akhir (>55 tahun) juga berisiko. Secara biologis, penyakitnya berbeda dengan yang terjadi di usia muda. Ditengarai ada keterlibatan dari berbagai faktor, termasuk histologi selularitas, virus Epstein-Barr, dan lain-lain.
Penyintas limfoma Hodgkin, Intan Khasanah menceritakan pengalamannya menjalani terapi selama hampir 7 tahun untuk kanker stadium 4 yang menjangkitinya. Pada 2018 setelah menjalani 26 kali kemoterapi, 70 kali radiasi, dan 5 kali operasi, Intan dinyatakan bebas atau remisi dari kanker.
Penyakitnya bermula di 2012, diawali dengan demam tinggi dan benjolan kecil di leher. “Awalnya terdiagnosis TBC,” ujar Intan. Ia sempat menjalani pengobatan untuk TBC selama beberapa waktu, hingga akhirnya kondisinya kian memburuk.
Baca juga: Inggris Meluncurkan Suntikan Pengobatan Kanker Tujuh Menit Pertama di Dunia
Benjolan di lehernya makin membesar, disertai berbagai gejala lain. Dadanya terasa sesak, dan Intan mengalami kelelahan yang teramat sangat. Benjolan kemudian dioperasi dan dibiopsi. Ditemukan bahwa Intan terkena limfoma Hodgkin stadium 4.
“Ketika diagnosis sudah benar dan tepat, penting untuk kita menuntaskan pengobatan. Sebisa mungkin kita upayakan untuk menyelesaikan pengobatan untuk hasil yang optimal.” ucap Intan.
Kanker tidak pernah menyurutkan semangat Intan. Ia menjalani pengobatan dengan tetap ceria dan semangat belajar, meski harus bolak-balik ke RS. Hingga pada tahun 2018, Intan lulus dari Ilmu Komunikasi FISIP UI.
Baca juga: Pemerintah Jemput Bola Peluang Devisa Rp97 Triliun dengan Tingkatkan Layanan Kesehatan Indonesia
“Kanker tidak mematikan harapan dan peluang. Yang mematikan harapan dan peluang itu diri sendiri, kalau kita memutuskan untuk menyerah,” sebut Intan lebih lanjut.