Pati, Gatra.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati bakal mengajukan status tanggap darurat kepada pemerintah daerah (Pemda), lantaran kekeringan di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, semakin meluas. Tercatat 37.114 orang terdampak bencana.
Kepala BPBD Pati, Pati Martinus Budi Prasetya mengatakan, status kebencanaan di kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani saat ini masih berstatus siaga bencana. Namun dengan melihat semakin banyaknya daerah terdampak, maka peningkatan status perlu dilakukan.
"Kalau melihat Perbub nomor 5 tahun 2021, status tanggap darurat ada cakupan kekeringan di lokasi tertentu. Kemudian lahan yang kekeringan minimal 1.200 hektare mengalaminya kekeringan. Paling sedikit tiga desa mengalami kekeringan dan air minum. Dan di Pati lebih dari itu," ujarnya, Kamis (14/9).
Martinus merinci, ada sebanyak 7.949 KK yang terdampak atau 37.114 jiwa kesulitan untuk mengakses air bersih pada musim kemarau kali ini. Puluhan ribu warga itu tersebar di 9 kecamatan. Mulai dari Kecamatan Jaken, Jakenan, Pucakwangi, Winong, Gabus, Kayen, Sukolilo, Tambakromo, dan Tayu.
"Ini sudah cukup memang sebagai syarat peningkatan status menjadi tanggap darurat kekeringan. Maka kami akan sampai kepada pimpinan (Pj Bupati Pati) untuk segera menetapkan tanggap darurat kekeringan di Pati," terangnya.
Dalam waktu dekat pihaknya berencana menggelar rapat koordinasi (Rakor) bersama instansi terkait soal bencana kekeringan.
"Kalau status tanggap darurat ditetapkan, semua OPD harus memberikan atensi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Misalnya logistik, kekeringan ini kan membuat harga beras naik. Panen gagal, bulog akan melakukan operasi pasar untuk menurunkan harga beras," ungkapnya.
Ditambahkan, BPBD Pati telah mendistribusikan air bersih kepada warga terdampak bencana sebanyak 331 tanki. Setiap hari sedikitnya 9 hingga 12 tanki dikerahkan ke daerah yang membutuhkan.