Pati, Gatra.com - Melejitnya harga beras di pasaran menjadi biang inflasi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Meski tidak terlalu signifikan, tetapi hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pati, Tri Haryama mengatakan, inflasi di kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani sebesar 0,02 persen, disebabkan sejumlah faktor, salah satunya adalah kenaikan harga beras.
"Beras ini sangat mempengaruhi karena untuk kebutuhan pokok. Inflasi di Pati masih dalam kategori aman, lebih rendah di bandingkan Jawa Tengah yang mencapai 0,06 persen. Jadi tarafnya masih aman," ujarnya, Rabu (13/9).
Haryama mengungkapkan, pada bulan ini hingga dua bulan setelahnya, pemerintah melalui Bulog bakal mengintervensi mahalnya harga beras. Yakni dengan memberikan bantuan beras kepada keluarga penerima manfaat.
"Tiap KK mendapatkan 10 kilogram beras, tetapi untuk penyalurannya belum dijadwalkan, kita pastikan September ini. Begitupun untuk jumlah penerima manfaat masih menunggu data dari instansi terkait. Benar, tujuannya untuk menekan inflasi," jelasnya.
Kabid Perdagangan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Pati, Kuswantoro membeberkan, harga beras berangsur mengalami kenaikan pada beberapa bulan terakhir.
Pada bulan Juli beras medium dihargai Rp11.500 perkilogram dan Rp13.000 untuk beras premium. Kemudian saat Agustus, beras medium Rp12.000 per kilogram dan premium Rp13.500. Sementara bulan September adalah Rp12.500 untuk beras medium dan Rp14.000 per kilogram beras premium.
"Selalu mengalami kenaikan setiap bulannya. Kenaikan harga beras ini karena musim kemarau, di Pati saja sedikit petani yang panen, sehingga harga naik," ungkap Kuswantoro.
Penjabat (Pj) Bupati Pati, Henggar Budi Anggoro mengamini komoditas tersebut mengalami kenaikan harga sekitar Rp2.000 saat ini, lantaran sedikitnya stok beras di pasaran.
"Secara umum yang terjadi kenaikan adalah beras. Harga beras di pasaran yang premium sampai Rp14.000 perkilogram. Untuk beras dengan kualitas biasa itu Rp12.000 per kilogram," pungkasnya.