Home Regional Ini Tuntutan Massa Demontran di BP Batam

Ini Tuntutan Massa Demontran di BP Batam

Batam, Gatra.com - Kantor Badan Pengusahaan (BP) Batam kembali dikepung ribuan massa yang menamakan Laskar Pembela Marwah Melayu, Senin (11/9/23). Massa tiba sekitar pukul 10.30 WIB, langsung menggelar orasi tepat di depan gerbang kantor.

Jalannya aksi demo yang awalnya damai tersebut sempat diwarnai kericuhan antara masa dan petugas gabungan. Pagar dan kaca gedung kantor BP Batam menjadi sasaran lemparan batu, kayu, besi dan bom molotov dari arah masa yang emosi.

Aparat gabungan terlihat berupaya membubarkan masa, semburan air dari kendaraan taktis aparat juga terlihat intens demi pengendalian massa yang anarkis. Tembakan gas air mata dari aparat juga tak dapat dihindarkan demi pengendalian massa.

“Kami tidak menolak investasi masuk, kami datang jauh-jauh untuk membantu saudara kami di Rempang Galang yang akan terusir dari kampung halamannya. Pemerintah harus membatalkan rencana relokasi demi investasi itu. Kami tidak ingin terusir dari kampung sendiri,” teriakan dari orator.

Baca Juga: Demonstrasi Tolak Relokasi Rempang Berakhir Ricuh

Massa yang hadir hari ini juga membawa sejumlah tuntutan agar segera dikabulkan pemangku kebijakan disana. Kelima tuntutan tersebut yang dibacakan orator diantaranya;

1. Menolak penggusuran 16 kampug tua di Rempang Galang

2. Mendesak Institusi Polri membubarkan posko terpadu yang didirikan di Rempang

3. Mendesak Aparat Menghentikan intimidasi dan kekerasan terhadap warga Rempang
4. Menuntut Presiden Joko Widodo membatalkan penggusuran 16 kampung tua, serta mencopot Muhammad Rudi sebagai kepala BP Batam

5. Membebaskan warga Rempang Galang yang ditahan tanpa syarat apapun.

Sejatinya massa yang hadir dalam demonstrasi tolak relokasi Rempang Eco-City, ini menuntut agar pemerintah membatalkan relokasi. Massa mengaku tidak anti investasi bila saja berjalan tanpa relokasi.

Massa beranggapan bila investasi masuk ke Indonesia tidak selalu disertai dengan relokasi atau pengosongan lahan di area eksploitasi. Mereka mengaku sudah menempatkan tanah tersebut sejak generasi sebelumnya turun temurun hingga kini.
 

232