Batam, Gatra.com - Penolakan terhadap rencana relokasi 16 Kampung Tua di Rempang, Galang, Batam, Kepulauan Riau masih mendapat perlawanan. Ribuan masa dari Laskar Pembela Marwah Melayu menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor BP Batam, di Kepri, Senin (11/9).
Jalannya aksi demo tersebut sempat diwarnai kericuhan antara masa dan petugas gabungan, pagar dan kaca gedung kantor BP Batam hancur karena menjadi sasaran lemparan batu, kayu, besi dan bom molotov dari arah masa yang emosi.
Masa terlihat tak terkendali setelah Kepala BP Batam Muhammad Rudi menemui perwakilan demonstrasi. Tuntutan massa agar 16 Kampung Tua tidak direlokasi tak dapat dipastikan pemangku kebijakan tersebut.
Petugas gabungan yang berada di dalam halaman kantor BP Batam juga menjadi sasaran lemparan batu. Sedikitnya puluhan orang luka-luka akibat terkena lemparan batu dan besi, Direktur Direktorat Pengamanan (Ditpam) Aset BP Batam, Brigjend Pol Moch Badrus turut jadi korban luka.
Aparat gabungan terlihat berupaya membubarkan masa, semburan air dari kendaraan taktis aparat juga terlihat intens demi pengendalian masa yang anarkis. Tembakan gas air mata dari aparat juga tak dapat dihindarkan demi pengendalian masa.
“Kami tidak menolak investasi masuk, kami datang jauh-jauh untuk membantu sodara kami di Rempang Galang yang akan terusir dari kampung halamannya. Pemerintah harus membatalkan rencana relokasi demi investasi itu. Kami tidak ingin terusir dari kampung sendiri,” teriakan orasi dari sejumlah aliansi melayu di tanah air.
Konsentrasi massa dapat dipecah setelah tim gabungan merangsek di tengah demonstrasi. Aparat gabungan berupaya menenangkan massa agar tidak terjadi bentrokan susulan.
Sejumlah aparat keamanan dan massa aksi juga terlihat mengalami luka-luka akibat lemparan batu. Petugas sedikit terprovokasi dengan masa yang beringas menunjukan sikap anarkis.
Konsentrasi massa akhirnya dapat dibubarkan setelah gas air mata ditembakan petugas ditengah kerumunan masa demonstrasi. Suasana di depan Kantor BP Batam terlihat berangsur kondusif menjelang sore hari.