Sydney, Gatra.com - Miliarder Australia Mike Cannon-Brookes mendukung rencana pengiriman energi dari pembangkit listrik tenaga surya raksasa di utara negara, itu ke Singapura melalui kabel bawah laut, yang saat ia telah menguasai kepemilikan saham proyek senilai A$20 miliar (US$12,73) atau sekitar Rp 198,5 triliun.
Cannon-Brookes, salah satu pendiri perusahaan teknologi Atlassian yang kemudian menjadi aktivis lingkungan, mengatakan pihaknya tetap yakin investor luar akan tertarik pada proyek Sun Cable. Ia menambahkan bahwa proyek tersebut sudah memiliki permintaan energi yang lebih besar daripada yang dapat dihasilkannya.
"Kami telah menghabiskan banyak waktu dengan pelanggan dan cukup jelas mengenai keekonomian unitnya," kata Cannon-Brookes kepada wartawan, setelah pembelian proyek tersebut oleh bisnisnya, Grok Ventures, dengan jumlah yang tidak diungkapkan telah selesai pada hari Kamis.
Baca Juga: Bubarnya Proyek Kabel Bawah Laut Australia-Singapura Rp416 Triliun, Bagaimana di Indonesia?
“Kami percaya bahwa terdapat cukup margin… untuk menjadikannya proyek yang dapat diinvestasikan,” tambahnya, dikuti Reuters, Kamis (7/9).
“Sun Cable di bawah kendali Cannon-Brookes akan dibagi menjadi dua unit bisnis, dengan fokus di Australia dan Singapura, yang dapat memperluas daya tariknya bagi investor, kata Cannon-Brookes.
Sun Cable dimiliki oleh perusahaan swasta pendiri Cannon-Brookes dan miliarder Fortescue Metals, Andrew Forrest. Namun proyek tersebut dimasukkan ke dalam administrasi sukarela, yang pernah masuk dalam “kebangkrutan” Bab 11 di Australia, pada bulan Januari setelah kedua pihak gagal menyepakati pendanaan tersebut.
Forrest mengatakan dia tidak yakin dengan kelayakan komersial pengiriman listrik melalui kabel bawah laut.
Baca Juga: Gubernur Dukung Laut NTT Dilintasi Kabel Listrik Bawah Laut Australia
Cannon-Brookes mengatakan perusahaannya akan mengajukan izin kepada Otoritas Pasar Energi Singapura bulan ini dengan harapan, dapat memenuhi tujuan negara tersebut untuk mengimpor setidaknya 4 gigawatt (GW) dari sumber rendah karbon pada tahun 2035 .
“Perusahaan juga sedang melakukan pembicaraan dengan pemerintah Indonesia mengenai pembangunan kabel di perairannya,” tambahnya.
Australia-Asia PowerLink yang diusulkan akan menyalurkan listrik dari pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 20 GW, dengan baterai terbesar di dunia, ada di Australia melalui kabel bawah laut sepanjang 4.200 km ke Singapura.