Jakarta, Gatra.com - Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Ade Reza Hariyadi menilai Partai Demokrat lebih cocok jika bergabung kepada Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung calon presiden (capres) Prabowo Subianto dibandingkan berlabuh ke kubu PDI Perjuangan pengusung capres Ganjar Pranowo. Menurut Ade, hal tersebut sangat realistis dibandingkan Demokrat bergabung dengan koalisi lainnya.
“Jika melihat pengalaman Pemilu sebelumnya, tampaknya Partai Demokrat lebih realistis mendekat ke kubu Prabowo Subianto dibandingkan alternatif lainnya,” kata Ade dalam keterangannya, Senin (4/9).
Ade melanjutkan, kini partai besutan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu memiliki dua pilihan usai pecah kongsi yang dialami antara PD dengan Koalisi Perubahan pengusung Capres Anies Baswedan. Pertama adalah membangun poros politik baru dan kedua adalah bergabung dengan koalisi yang sudah terbentuk.
Namun, Ade menggaris bawahi, Demokrat diyakini akan menemui hambatan jika ingin membangun poros baru. Hal itu lantaran sisa partai yang ada terbilang memiliki elektabilitas yang rendah.
Sementara itu di sisi lain, Ade menekankan, Demokrat akan kesulitan jika harus bergabung kepada kubu PDIP. Dengan ini menjadi pilihan realistis jika Demokrat bergabung dengan KIM yang mengusung Prabowo.
Pun demikian, di sisa waktu dua bulan menjelang pendaftara Pilpres 2024 mendatang berbagai dinamika politik masih bisa terjadi.
“Unsur kejutan masih mungkin terjadi mengingat pengalaman pemilu sebelumnya banyak koalisi dan pasangan capres-cawapres ditentukan pada posisi last minute,” ujar Ade.
Sebagai informasi, hingga saat ini KIM masih menempati peringkat pertama sebagai koalisi yang mendulang dukungan suara terbanyak pada Pilpres 2024 mendatang. Hal ini berdasarkan hasil survei yang diselenggarakan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA periode 1–8 Agustus 2023.
Dari hasil survei LSI Denny JA tersebut, KIM berhasil mengantongi dukungan sebesar 39,0 persen. Kemudian, mengikuti dibelakangnya ada koalisi PDIP yang mendapatkan jumlah dukungan sebesar 25,2 persen, lalu di posisi terakhir ada koalisi yang mendukung Anies Baswedan yang hanya mampu meraup dukungan suara sebesar 14,5 persen.