Jakarta, Gatra.com - Helm dan batik berbahan sawit jadi pusat perhatian banyak orang pada pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Central ASEAN atau ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors’ Meeting (AFMGM) di Jakarta.
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menampilkan produk UKM sawit tadi pada pertemuan selama tiga hari --- 22-25 Agustus --- itu.
Kepala Divisi UKMK, Helmi Muhansyah mengatakan, helm sawit yang diberi lebel Green Composite (GC) itu adalah salah satu komersialisasi hasil riset yang didukung oleh BPDPKS.
Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang sangat melimpah di Indonesia, menjadi material penguat helm itu.
"TKKS sendiri mengandung selulosa tinggi yang bisa diproduksi dalam ukuran serat mikro. Jadi, dia bisa dipakai untuk menguatkan polimer pada aplikasi helm," terangnya.
Helmi menyebut, Helm GC itu sudah mulai diproduksi pada 2017 lalu dan sudah bersertifikat SNI. "Helm itu dibikin dengan teknik retting, milling, shaker. Lalu ada juga pembuatan biokomposit dengan teknik compounding serta injeksi moilding," ujarnya.
Untuk batik sawit sendiri, malam nya dibikin berbahan sawit. Malam ini menghubungkan dua kekayaan utama Indonesia; batik sebagai warisan budaya bangsa dan sawit sebagai produk perkebunan terbesar Indonesia.
Selain menampilkan produk UKM Sawit, BPDPKS juga memboyong perwakilan mahasiswa penerima Beasiswa SDM sawit BPDPKS dalam rangkain kegiatan side event AFMGM tadi.
Sebagai tuan rumah, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ada tiga hal strategis yang menjadi tujuan pertemuan AFMGM itu.
Pertama, terkait dengan proses pemulihan dan pembangunan kembali ekonomi pasca pandemi, kedua mengenai ekonomi digital serta terkait isu berkelanjutan (sustainability).
Fundamental ekonomi ASEAN kata perempuan 61 tahun ini tetap terjaga dan memiliki daya tahan ditengah, sehingga mampu untuk terus menjadi pusat pertumbuhan (epicentrum of growth).
Selain Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari ke sembilan negara ASEAN; Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Republik Demokratik Rakyat Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, Timor Leste juga hadir di sana sebagai pengamat.
Lalu, ada juga perwakilan enam organisasi internasional; Asian Development Bank (ADB), ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), International Monetary Fund (IMF), Financial Stability Board (FSB), Bank for International Settlements (BIS), and World Bank (WB) serta mitra strategis yaitu Australia dan European Union (EU).