Home Kesehatan Adanya Secondary Trauma bagi Masyarakat di Tengah Maraknya Kasus Kekerasan Seksual

Adanya Secondary Trauma bagi Masyarakat di Tengah Maraknya Kasus Kekerasan Seksual

Jakarta, Gatra.com - Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Ratri Kartikaningtyas menjelaskan pentingnya peran masyarakat dalam proses pemulihan bagi korban kekerasan seksual. Bukan hanya itu, masyarakat yang tidak terdampak langsung juga bisa saja ikut merasakan efek negatif dari kekerasan seksual yang terjadi.

"Karena, masyarakat sekitar ini juga dapat merasakan secondary trauma, dia tidak mengalami langsung," ucap Ratri Kartikaningtyas dalam acara Media Talk bertema 'Mencegah kekerasan seksual dimulai dari keluarga' di gedung KemenPPPA, Jakarta pada Jumat (25/8).

Meski tidak merasakan langsung, rasa takut bisa timbul dalam diri anggota masyarakat. Respon dari masyarakat inilah yang harus diperhatikan. Ratri menegaskan intervensi dan edukasi wajib dilakukan pada masyarakat yang warganya menjadi korban kekerasan seksual.

"Ketika si korban dalam pendampingan, tetapi orang di sekitar dia masih memandang dia berbeda. Ini juga masih mengganggu proses korban itu sendiri," ucap psikolog anak, remaja, dan keluarga ini.

Salah satu faktor yang harus dikendalikan adalah cara masyarakat merespon kasus yang terjadi. Ratri meminta agar masyarakat tidak berlebihan ketika terjadi kasus kekerasan seksual, baik yang ada di lingkungannya atau disaksikan dari media sosial.

Ratri mengatakan, respon masyarakat kadang berlebihan. Tiba-tiba terlalu defensif dan serba melarang. Padahal, mungkin berhati-hati saja cukup tidak perlu sampai ada larangan yang berlebihan.

"Tanpa bermaksud untuk mengecilkan tentang peristiwa yang traumatis itu. Tapi, tidak selalu yang traumatis itu tidak selalu trauma berat," ucap Ratri lagi.

Masyarakat diminta agar bereaksi sewajarnya. Apalagi, jika korban sedang berada dalam posisi untuk kembali menerima dirinya kembali. Ratri menegaskan pentingnya peran masyarakat untuk mendukung momen korban melihat dirinya sendiri dalam persepsi yang lebih positif.

75