Sukoharjo, Gatra.com - Perwakilan dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) menggelar Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) dan Rakernas (Rapat Kerja Nasional) di salah satu hotel dikawasan Solobaru, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (24/8).
Agenda rutin tahunan ini dibuka langsung Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
"Untuk Indonesia, karena perkembangan medis luar biasa, maka ini momentum buat para apoteker untuk melakukan riset," ucap Ganjar.
Menurutnya, kolaborasi ini penting dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan dunia yang luar biasa. Dimana dalam hal ini banyak disease atau penyakit muncul di era trend perkembangan jaman.
"Karena apoteker begitu menjadi penting untuk menyiapkan antisipasinya, jangan sampai kita panik semuanya, karena kita ndak punya obat dan akhirnya semua banjir impor. Karena kita kaya, jadi harus menyiapkan kekuatan farmaku lukis dari dalam negeri. Jadi harus melakukan riset yang development dan dilakukan terus menerus," terangnya.
Baca Juga: OMAI, Upaya Mandiri Bahan Baku Obat
Sementara itu, Ketua Umum IAI, Noffendri Roestam mengatakan, Rakernas yang diikuti perwakilan IAI dari seluruh daerah di Indonesia ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan seputar isu-isu Farmasi terkini.
Dalam hal ini materi-materi yang disajikan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan kualitas layanan kesehatan di Indonesia.
"Harapan kami apoteker perannya untuk inovasi, terkait pembuatan sediaan farmasi semakin mendapat dukungan pemerintah, karena salah satu keinginan pemerintah supaya kita bisa memproduksi obat sendiri," kata Noffendri.
Artinya lanjut Noffendri, Indonesia harus fokus pada ketahanan kefarmasian. Sehingga apabila terdapat ancaman pandemi lagi, maka Indonesia harus lebih siap.
Baca Juga: Obat Tradisional Jadi Tren, Harus Waspada Obat Ilegal
“Salah satu tulang punggungnya untuk ketahanan farmasi adalah tenaga apoteker. Tulang punggung kita kan obat-obat tradisional seperti jamu. Semestinya Indonesia juga sudah bisa mengandalkan jamu sebagai salah satu komponen ketahanan kefarmasian, tidak harus bergantung pada obat-obat kimia. Kita kan kaya obat dengan bahan alam, semestinya itu harus menjadi poin strategis untuk ketahanan kefarmasian di Indonesia dengan obat alam ini," terangnya.
Bahkan saat ini, para apoteker tengah mensinergikan agar apotek tidak hanya pada pelayanan, tetapi mulai dari produksi obat, distribusi hingga pelayanan.
"Kami sedang mensinergikan semua apoteker dari semua setting kefarmasian itu dalam rangka inovasi sesuai tuntutan global," ujarnya.
Noffendri mengaku, tantangan berat saat ini yakni terkait inovasi teknologi, dan penguasaan teknologi. Sehingga perlu adanya kolaborasi dengan tenaga ahli yang menguasai teknologi. Sebab, penguasaan teknologi menjadi bagian penting disamping ketersediaan bahan alam yang cukup di Indonesia.
"Sebenarnya yang mahal tidak semua, mahal khusus obat yang masih hak paten. Kalau obat yang sudah habis hak patennya yang sudah masuk kategori generik di Indonesia sudah murah. Karena hak paten bisa 15-20 tahun setelah itu sudah murah karena bisa diproduksi perusahaan lain" tandasnya.