Home Hukum Sebanyak 14 Mantan Anggota Islam Radikal Nyatakan Ikrar Setia Kepada NKRI

Sebanyak 14 Mantan Anggota Islam Radikal Nyatakan Ikrar Setia Kepada NKRI

Labuan Bajo, Gatra.com – Sebanyak 14 orang mantan anggota dan pengurus kelompok Islam radikal di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menyatakan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Repoblik Indonesia (NKRI). Mereka dibai’at di hadapan bupati dan anggota Forkompinda.

Bupati Manggarai Barat, Edi Endi, membenarkan, ada 14 mantan anggota islam radikal di wilayahnya telah menyatakan ikrar sumpah setia kepada NKRI.

“Benar, sesama saudara kita yang sebelumnya terpapar Islam radikal telah bertobat dan menyatakan ikrar setia kepada NKRI di hadapan saya dan anggota Forkompinda, 15 Agustus 2023 lalu. Saya senang dan bangga atas kesadaran mereka kembali setia kepada negara,” kata Edi Endi pada Jumat (18/8).

Ke-14 orang mantan anggota kelompok Islam radikal yang dibaiat itu, sebut Edi, 12 orang adalah mantan anggota kelompok Khilafatul Muslimin wilayah Flores, Provinsi NTT dan 2 orang mantan anggota kelompok Jemaah Islamiah. Lepas bai’at yang yang dilakukan ini sebagai bagian dari Perayaan HUT ke-78 RI yakni ‘Cegah Paham Intoleran Radikalisme Menuju Indonesia Hebat Mmaju, Bisa Bersaing, Sejahtera dan Berkeadilan Sosial’

“Dalam kesempatan itu, 14 orang mantan kelompok radikal ini, membacakan ikrar melepas Bai’at Khilafatul Muslimin dan membacakan ikrar setia terhadap NKRI, secara bersama-sama,” sebut Edi.

Kepada Kepala Satuan Tugas Wilayah (Kasatgaswil) NTT, Bupati Edi, menyampaikan terima kasih karena telah menghadirkan mantan anggota kelompok radikal dalam kegiatan ini. Ucapan terima kasih, juga disampaikan kepada anggota yang dibai’at.

“Atas nama pribadi dan pemerintah, saya menyampaikan penghargaan yang begitu tinggi dan tulus kepada teman-teman yang dengan tulus dan ikhlas menyatakan bahwa kita bersatu kembali memegang teguh ideologi Pancasila, UUD 1945, dan NKRI itu harga mati,” ujar Edi.

Ia berpesan kepada 14 orang yang lepas bai’at agar dapat menjadi mata hati pemerintah bagi sesamanya yang masih berpendirian keras, agar yang belum sepaham dan tidak mengakui Pancasila, dapat segera sadar untuk segera bergabung kembali dengan NKRI.

“Kedamaian hidup bergandengan tangan, hidup bertoleransi itu nikmat. Kalau mewartakan kedamaian, maka kesejahteraan dan kemajuan akan kita raih. Harapannya, dengan bergandengan tangan, semua harapan dan impian akan terwujud,” kata Edi.

Sementara itu, Yanto, salah seorang mantan anggota Jemaah Islamiah, asal Elar, Desa Biting, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi NTT, menyampaikan, dirinya lahir dan besar di Biting, Manggarai Timur.

Ia mendapatkan ajaran radikal setelah kuliah pada salah satu kampus swasta dan bekerja pada salah satu perusahaan di Surabaya. “Ternyata dalam perusahaan itu merupakan perkumpulan orang yang menganut paham radikal. Kini, saya sadar dan bertekad untuk meninggalkan kelompok radikal itu selamanya,” kata Yanto.

Hal yang sama juga dikisahkan oleh Fahmi asal Ende. Ia menceritakan dibesarkan di Ende dan melanjutkan kuliah di Kupang pada salah satu kampus swasta. Selama berada di kampus itulah didoktrin pihak tertentu untuk bergabung dengan kelompok radikal.

“Setelah didoktrin, setiap saat saya berpikir bagaimana caranya saya dapat hijrah ke Palestina dan Suriah untuk berperang melawan Israel dan musuh-musuh Islam lainnya,” aku Fahmi.

“Saya baru keluar dari kungkungan kelompok garis keras itu setelah ditangkap oleh aparat penegak hukum dan menjalani hukuman,” kata Fahmi. 

52