Jakarta, Gatra.com - Kementerian Keuangan RI (Kemenkeu) melaporkan bahwa, kondisi perekonomian global masih menunjukan kondisi yang lemah. Hal ini terlihat dari kondisi Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur global yang berada di posisi kontraktif yakni di bawah angka 50.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan berdasarkan negara yang disurvei PMI-nya, ada sekitar 72,7% negara dengan nilai PMI Manufaktur yang terkontraksi. Mayoritas berasal dari negara maju.
"Dilihat dari PMI manufaktur global yang di dalam posisi kontraktif yaitu di bawah 50 ini terutama di negara Eropa dan Tiongkok yang merupakan negara besar di mana mereka PMI-nya melemah," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA edisi Agustus 2023 pada Jumat (11/8).
Sedangkan PMI manufaktur Indonesia kata Sri Mulyani, masih di ekspansif dan bahkan cenderung menguat yaitu di angka 53,3.
"Indonesia dan India (57,8) adalah dua negara yang memiliki ekonomi yang kuat dan mengalami pertumbuhan yang tinggi" jelasnya.
Bendahara negara tersebut juga menjelaskan bahwa, berdasarkan jumlah negara yang disurvei untuk PMI manufaktur, hanya 18,2% negara yang mengalami ekspansi atau PMI-nya di atas 50. Negara tersebut di antaranya, Indonesia, India, Filipina dan Meksiko.
Kemudian, ada sekitar 9,1% negara dengan total PMI-nya mengalami ekspansi namun lambat yakni Rusia dan Thailand. Sedangkan, 72,7% yang mengalami kontraksi yakni Jerman, Amerika Serikat, Kanada, Brazil, Perancis, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, Malaysia, Vietnam, Afrika Selatan dan Turki.
"Artinya perekonomian dunia dicirikan dengan mayoritas negara kondisi kegiatan manufakturnya melambat," tandasnya.
Sebelumnya, Sri Mulyani melaporkan, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Juli 2023 surplus senilai Rp153,5 triliun. Sedangkan, dari sisi keseimbagan primer, APBN Juli 2023 juga tercatat surplus sebesar Rp394,5 triliun.