Home Sumbagteng Buruh Gagal Bertemu Bupati, Tursilah: Dia Datang ke Desa Kami, Kami Pilih

Buruh Gagal Bertemu Bupati, Tursilah: Dia Datang ke Desa Kami, Kami Pilih

Batang Hari, Gatra.com- Aksi unjuk rasa emak-emak buruh bongkar sawit berserta suami selama dua hari berakhir pilu. Niat hati ingin bertemu dengan Bupati Batang Hari, Provinsi Jambi, Mhd Fadhil Arief, kandas.

Malam usai aksi hari pertama depan kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, kelompok mengatasnamakan PK F Hukatan mendirikan tenda beratap terpal biru.

Mereka bersama sejumlah anak-anaknya tidur di halaman kantor pimpinan Ardani Z Putra guna melanjutkan aksi unjuk rasa hari kedua di depan kantor Bupati. Guna bertahan hidup, kelompok buruh membawa bekal.

"Bupati ini lah gak bisa ketemu kami ini. Padahal maaf ngomong lah, kami ini masyarakat dia juga. Kami dulu, dia itu jadi Bupati kami milih, bahkan dia datang ke desa kami, Belanti Jaya," kata Tursilah dikonfirmasi Gatra.com, Selasa (8/8).

"Janji dia untuk mensejahterakan rakyat, kenapa sampai sekarang sampai berlarut-larut. Upaya bertemu dengan Bupati kami lakukan dengan upaya seperti ini. Kalau kami masyarakat kecil mau ketemu Bupati langsung apa iya bisa? Gak bisa pak, sedangkan kami seperti ini saja gak ditanggapi, apalagi cuma sendirian," imbuhnya kesal.

Tursilah dan emak-emak lainnya mengaku tak ada pilihan selain mengikutsertakan anak-anak mereka. Meskipun pilihan libur sekolah selama dua hari harus dialami anak-anak.

"Emaknya kesini, gak mungkin anaknya ditinggal di rumah. Karena suami ikut, istri ikut, masak anak mau tinggal. Sampai anak kami libur sekolah dia hari, demi mempertahankan periuk nasi kami," ujarnya.

"Kalau kami gak dicatat, serikat lain mau dimasukin sama orang. Pihak perusahaan tetap dukung kami, karena kami kerja sudah lama sejak pertama. Sebelum pabrik berdiri, kami sudah mengajukan untuk kerja di situ," sambungnya.

Masyarakat yang hadir dalam aksi unjuk rasa, kata Tursilah tergabung dalam sejumlah desa dalam kecamatan Mersam dan Kecamatan Maro Sebo Ulu. Diantaranya; Desa Belanti Jaya, Desa Tapa Sari, Desa Bukit Harapan, Desa Bukit Kemuning, Desa Simpang Rantau Gedang, Desa Sungai Ruan, Sungai Rengas, Desa Sengkati Gedang dan Desa Teluk Melintang.

"Cuma memang ya tidak semuanya. Kalau semuanya gak memadai. Kalau untuk Desa Belanti Jaya, dulunya diberikan surat per RT. Cuma orang gak ada yang gubris, karena orang itu gak ada yang percaya bahwa akan ada pabrik," katanya.

Kalau persoalan ini tak selesai juga, kata Tursilah, pihaknya akan laporkan ke pihak berwajib. Menurut dia, pihak Dinas Nakertrans melakukan kezaliman terhadap kaum buruh. Jika memang ada tindak pidananya, dia ingin pihak berwajib melakukan proses hukum.

"Karena pihak Dinas Nakertrans nampaknya menzalimi kami. Kalau memang ada tindak pidananya, silahkan pihak berwajib proses," katanya.

"Kami kerja cari sendiri, menciptakan lapangan kerja mencari sendiri. Sebelum ada pabrik kami sudah mengajukan. Minta pencatatan saja dipersulit, apalagi minta kerja," imbuhnya.

Sebelum menggelar aksi unjuk rasa, kata Tursilah, pihaknya terlebih dahulu melayangkan surat. "Jadi kalau sudah melayangkan surat, harusnya udah dibaca oleh Bupati. Kalau Bupati menanggapi kami, harusnya jangan sampai ada aksi demo, panggil aja orang itu," ucapnya.

"Kan kami menunggu. Surat sudah dilayangkan satu minggu baru demo kami. Bukannya kami ngasih surat langsung demo. Kan kami beritahu dulu, surati dulu, ke Bupati, ke Kapolres, ke dinas, kan kami surati," katanya.

Tursilah mewakili emak-emak peserta aksi minta agar Bupati Batang Hari jangan mempersulit dan peduli nasib mereka. Ia secara tegas minta Bupati turun ke lokasi agar mengetahui permasalahan antar buruh.

"Saya mewakili semua kawan-kawan, minta saya jangan dipersulit untuk kami kerja. Biar masyarakat buruh tenang bekerja, gak gontok-gontokan. Coba turun bapak bupati. Tengok, di bawah itu kelompok siapa yang kerja, kelompok mana yang kerja duluan," katanya.

"Sampai sekarang masyarakat bawah itu beribut terus. Bahkan ada yang mau kapak-kapak-an, sangking orang itu mau mempertahankan periuk nasi mereka, mempertahankan hak mereka,"imbuhnya.

Menurut dia, pemerintah daerah semestinya bisa menyelesaikan masalah sekecil ini tanpa harus berlarut-larut, sampai berbulan-bulan.

"Kalau menurut saya orang awam masalah ini gak susah, tapi kok sampai terlantar semua, sampai kelaparan, anak-anak gak sekolah. Apakah Bupati gak terketuk hatinya? Biar kami bekerja dengan tenang, kami bulan mengejar kaya, kami cuma mencari makan," ucapnya lirih.

770