Silverstone, Gatra.com - MotoGP Inggris di Sirkuit Silverstone menjadi catatan kelam bagi pembalap Mooney VR46 Racing Team, Marco Bezzecchi. Pembalap kompetitif ini jatuh ketika kesempatan meraih podium ada didepan mata.
Start dari pole, Bezzecchi sempat tersalip Jack Miller dan Bagnaia pada lap pembuka, tetapi segera naik ke posisi kedua usai Jack Miller melakukan kesalahan. Sejak itu, Bezzecchi terus menempel Bagnaia. Namun, ia melakukan kesalahan di Tikungan 15 pada Lap 6 dan terjatuh cukup keras.
Lewat Crash.net, Bezzecchi menjelaskan kronologi dan penyebab insiden tersebut. Menurutnya, selain diakibatkan ban depan yang terkunci, ia juga apes karena 'terjebak' dalam slipstream dari motor Bagnaia.
"Saya kuat di bagian trek itu, tapi begitu saya mengerem pada lap itu, ban depan terkunci saat saya menyentuh rem. Jadi, saya harus melepas rem sedikit, dan sekalinya melepasnya, saya terkena slipstream dari Pecco. Jadi, alih-alih melambat, saya justru berakselerasi," ujar 'Bez'.
"Saya pun harus mengerem lebih dalam, tetapi ban depan saya sudah berada pada limitnya dan selip. Mungkin saya harus lebih menghindari slipstream Pecco sebelum mengerem. Namun, saya tak mengira sentuhan pertama pada rem bakal mengakibatkan ban depan terkunci," lanjutnya.
Bezzecchi juga menyatakan bahwa data yang tercatat oleh timnya menyatakan bahwa ia tak melakukan kesalahan berarti dalam insiden tersebut. Meski begitu, ia tak memungkiri bahwa saat itu ia memang sedang ngotot mendekati Bagnaia sebelum Aleix Espargaro menyusul mereka.
Slipstream Penyedot Kemenangan Bezzeacchi
Slipstream dalam MotoGP mengacu pada efek aerodinamika di mana seorang pembalap dapat mengurangi hambatan udara dengan mengikuti atau berada di belakang pembalap lain dalam lintasan. Juga dikenal sebagai "drafting" atau "tucking in," efek slipstream terjadi karena pembalap yang mengikuti memiliki tekanan udara yang lebih rendah di depannya karena pembalap yang berada di depan telah membuka jalur udara dan menciptakan ruang dengan tekanan rendah di belakangnya.
Ketika pembalap berada dalam slipstream, ia dapat mengurangi hambatan udara yang biasanya memperlambat motornya, sehingga meningkatkan kecepatan lintasannya. Ini memungkinkan pembalap yang mengikuti memiliki keuntungan dalam akselerasi atau kecepatan puncaknya. Efek slipstream biasanya paling signifikan di trek lurus panjang atau trek dengan banyak sejajar lurus.
Strategi slipstream sering digunakan dalam balapan MotoGP, terutama dalam pertempuran head-to-head antara dua atau lebih pembalap. Pembalap akan mencoba untuk mendapatkan posisi yang menguntungkan di belakang lawannya untuk menghemat energi dan meningkatkan peluang untuk melakukan manuver atau overtake saat mendekati garis finis. Namun, penggunaan slipstream harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena juga dapat menyebabkan kehilangan downforce dan stabilisasi di tikungan, sehingga mempengaruhi manuver keseluruhan di trek.
Penting bagi pembalap untuk menguasai seni penggunaan slipstream dengan bijaksana agar dapat memanfaatkannya secara optimal untuk mencapai hasil terbaik dalam balapan.
Mantan pembalap sekaligus komentator MotoGP, Dani Pedrosa pernah mengulas slipstream panjang lebar, termasuk konsekuensinya. Pembalap didepan yang harus membelah angin, juga memiliki keuntungan. Daya tahan angin membantu pembalap di depan menghentikan motornya. “Seolah-olah saya memiliki parasut, tapi pembalap di belakang, yang langsung masuk ke lubang (belahan angin) yang dibuat oleh pembalap di depan, tidak mendapat hambatan (dari udara) untuk menghentikan motornya.
Efek negatif lain adalah jika terus menerus berada di slipstream pembalap depan, pembalap belakang harus menggunakan lebih banyak tenaga rem untuk menghentikan motor. Akibatnya ban depan cepat rusak, mulai panas dan mulai kehilangan grip.