Oleh : Ahmad T Wibowo, MSi (Trias Politika Strategis)
Soal isu politik, pembahasan mengenai pengganti presiden dominannya selalu isu pro kontra para partisan. Konteks penerus Presiden Jokowi dalam tulisan ini adalah dalam sudut pandang keberlanjutan arah perjalanan bangsa Indonesia ini ke depan.
Indonesia maju
Sejak menjadi presiden, Jokowi telah mengusung visi Indonesia Maju. Kita sebagai warga negara paham bahwa sederhananya, Presiden Jokowi akan berjuang dengan programnya selama memimpin Indonesia maka sumber daya akan dia kerahkan membawa Indonesia ke arah kemajuan atau lugasnya menjadi negara maju di masa depan.
Isu-isu sentral program Jokowi untuk Indonesia Maju yang telah berjalan adalah soal pembangunan dan pemerataan infrastruktur, pemanfaatan bonus demografi untuk membangun Sumber Daya Manusia unggul, menghindari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap), dan hilirisasi sektor industri.
Dengan segala macam pro kontra, hambatan, dan tantangannya dalam mengawal Indonesia Maju setidaknya Joko Widodo telah menunjukkan bagaimana implementasi gagasan menuju Indonesia maju. Gagasan ini tentu saja gagasan yang berani juga telah diikuti dengan eksekusi-eksekusi sebagai peletak dasar dan pendorong sebagai negara maju, misalnya seperti ngototnya presiden soal hilirisasi industri.
Namun, mewujudkan Indonesia menjadi negara maju tentu saja membutuhkan waktu dan kontinuitas. Maka kekhawatiran soal kontinuitas ini sempat beberapa waktu lalu mewujud menjadi gerakan politik tersembunyi untuk memperpanjang periode jabatan presiden. Meski pada akhirnya gerakan ini mentah dan gagal. Yang menjadi pertanyaannya, siapakah calon presiden 2024 nanti yang secara demokratis akan menggantikan masa jabatan Presiden Jokowi dan akan melanjutkan secara tegas arah Indonesia menjadi negara maju?
Menjadi negara maju
Saat ini, Indonesia adalah salah satu negara berkembang di Asia, mungkin salah satu yang paling mencolok karena resiliensi ekonomi yang semakin baik. Namun, tentu saja pemimpin-pemimpin kita ingin negara ini beranjak menjadi negara maju. Meski tentu saja sangat sulit dan tidak mudah mengubah negara ini menjadi negara maju.
Apa itu kriteria negara maju? World Bank menjelaskan bahwa negara maju punya indikator pendapatan perkapita warga setidaknya sebesar US$20.000 per tahun sedangkan Indonesia saat ini pendapatan perkapitanya adalah US$4200 jadi masih sangat jauh sekali.
Kemudian sektor industri yang berkembang harus terdiversifikasi ekspor beraneka ragam produk. Soal diversifikasi produk industri ini kita sudah relatif bisa, tetapi tantangannya adalah soal daya saing menciptakan produk yang mampu bersaing dan memuaskan kualitas masyarakat global. Tuntutan kualitas tinggi manufaktur ini tentu saja juga tidak mudah.
Selanjutnya adalah soal advanced economy, yaitu produktivitas ekonomi yang ditopang dengan servis dan produk yang canggih atau technology based. Negara maju identik dengan pencipta teknologi digital, pencipta bioteknologi, penyedia teknologi astronomi, pencipta electrical vehicles (kendaraan dan transportasi listrik), rekayasa energi yang maju dan berskala besar, financial services yang canggih, bisnis layanan konsumen yang maju, dan lain-lain. Ini sama sekali bukan pekerjaan mudah.
Tantangan Indonesia menuju negara maju pun besar halangannya. Di depan mata ada bahaya demografi yang bisa menjadi bom demografi kalau tidak tertangani dengan baik. Demografi kita yang terus digaungkan sebagai bonus demografi karena melimpahnya SDM berusia produktif yang puncaknya 2030 nanti bisa menjadi beban atau bom yang membuat kita terjerembab selamanya dalam kubangan negara berpenghasilan menengah (middle income trap) alias gagal total menjadi negara maju.
Kemudian dunia entepreneurship kita soal menciptakan diversifikasi ekspor, kemajuan industri, dan majunya advanced economy membutuhkan dukungan kebijakan untuk membangun ekosistem yang mendukung skala bisnis, efisiensi dan orientasi marketnya. Sulit bukan main tentu saja mengingat persaingan global yang semakin ketat.
Sulitnya menjadikan Indonesia menjadi negara maju adalah realitas yang kita hadapi saat ini, namun juga bukan tidak ada harapan. Setelah ekonomi dunia dihancurkan pandemik Covid-19 termasuk Indonesia, ekonomi kita terpuruk. Bahkan Indonesia kembali masuk kategori negara dengan penghasilan rendah (lower middle income).
Namun pasca pandemik ini, terbukti secara berlahan ekonomi Indonesia melaju cukup kencang bahkan saat ini tetap mampu menjaga pertumbuhan di angka 5%. World Bank bahkan sudah mengoreksi Indonesia kembali masuk kategori negara dengan penghasilan ekonomi menengah (upper middle income).
Siapa Capres Indonesia Maju 2024?
Gagasan seputar Calon Presiden (Capres) saat ini masih soal isu dukung-mendukung kekuatan elektabilitas, tarik ulur dukungan koalisi antar partai, dan kalkulasi pilihan cawapres masing-masing kubu Capres. Sejauh ini, masih konsisten tiga poros kuat Capres yaitu Poros Ganjar Pranowo, Poros Prabowo Subianto, dan Poros Anies Baswedan.
Gagasan besar masing-masing Capres paling-paling masih soal isu permukaan, yaitu lanjutkan atau perubahan. Belum ada elaborasi gagasan terobosan dan strategis bagi perjalanan Indonesia ini ke depan. Pada banyak atribusi kampanyenya, tim sukses para Capres masih menggunakan statemen janji politik yang khas dan dangkal yaitu menjadikan masyarakat Indonesia adil, Makmur, sejahtera. Mungkin sudah setengah abad kata-kata tersebut terus didendang politik dan semakin kehilangan makna. Kedangkalan ini harus kita tinggalkan.
Gagasan tentang arah bangsa dan negara ini penting dijelaskan dengan sejelas-jelasnya oleh semua Capres. Ini tentang sejarah keberlanjutan Indonesia, tentang Nasib 275 juta penduduknya, juga tentang kedaulatan wilayah geografi negara ini. Tentu wajar kita semua bertanya, bagaimana Calon Presiden kita akan membawa negara ini ke arah kemajuan? Bagaimana keberaniannya mengutarakan gagasan, merancang strategi, juga mendesain aksi-aksi kebijakan yang akan dia eksekusi menuju Indonesia menjadi negara maju itu?
Sejauh ini, kita masih belum paham betul soal gagasan calon-calon presiden yang akan bertarung di 2024 nanti. Paling jauh kita bisa menebak-nebak dari karakter, pengalaman, dan legacy yang telah mereka lakukan selama ini. Tapi ini tentu saja tidak cukup memberi gambaran buat kita untuk mempertimbangkan pilihan kita mengingat pertaruhannya terlalu besar untuk masa depan Indonesia.
Menunggu Pendaftaran KPU
Sebenarnya kita rindu gagasan Capres-Capres kita mulai lantang menjelaskan ke arah mana mereka mau membawa negara ini maju. Meski rindu, kita harus menunggu.
Kita masih penuh tanda tanya soal gagasan Capres-Capres kita. Tentang apa yang akan mereka kelola untuk sumber daya manusia besar ini, tentang bagaimana melakukan diversifikasi industri untuk melesatkan ekonomi dan menyediakan lapangan kerja. Juga bagaimana gagasan Capres soal advanced economy kita? Bagaimana membangun ekonomi berbasis teknologi, juga gagasan soal orientasi ekonomi services, soal stabilitas demokrasi dan politik kita ke depan.
Demi mengetahui gagasan jelas para Capres yang hingga kini kita belum tahu apa, tampaknya kita harus menunggu sampai bulan September 2023 saat Capres-Capres itu resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dari sana nanti kiranya kita sudah akan tahu detail gagasan soal visi, misi, dan program masing-masing Capres mengelaborasi janji-janji menuju Indonesia maju selanjutnya.
Kira-kira dari Capres yang ada, siapakah yang akan menjadi “penerus” Jokowi dengan gagasan tegas menuju Indonesia Maju?