Yunnan, Gatra.com - Tak ada lagi yang tak disampaikan perempuan 38 tahun tentang apa dan seperti apa sawit dan manfaatnya, selama 28 menit dia ngomong di depan sekitar 200 delegasi dari berbagai benua, pada acara China International Cereals dan Oils Industry Summit ke-14 tadi siang.
Mulai dari berapa luas kebun kelapa sawit di masing-masing provinsi di Indonesia, berapa luas kebun petani, perusahaan swasta dan BUMN, dia ceritakan. Termasuk seperti apa sawit menggendong keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan lingkungan.
Maria Goldameir Mektania Pandiangan. Perempuan kelahiran Manado ini tidak sedang berbicara di Indonesia, tapi justru di Crown Plaza Hotel Kunming, Yunnan, China.
Tujuh jam Public Communication & Social Media Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP-Apkasindo) ini berada di dalam pesawat setelah terbang dari Jakarta ke Guangzhou lalu ke Kunming. Dia bersama Sekjen DPP Apkasindo, Rino Afrino.
“Kelapa sawit itu berkah bagi indonesia dan akan kami jaga agar lestari,” magister hukum Universitas Palangkaraya ini memandangi orang-orang di depannya.
Ada yang unik saat Sarjana Komunikasi Inholland University ini mula-mula berbicara. Dia kesulitan berdiri di podium yang ada di panggung itu lantaran tubuhnya yang mungil.
Untung saja salah seorang panitia memperhatikan itu, lalu membawakan tangga kecil hingga kemudian Golda leluasa berdiri di balik podium itu.
Menengok itu, hadirin bertepuk tangan lantaran Golda mengimbanginya dengan candaan.
Golda menjadi satu dari sederet pembicara di acara yang berkaitan dengan perkembangan industri sereal dan minyak nabati dunia itu. Momen ini menjadi kesempatan bagi Golda untuk bercerita panjang tentang sawit di Indonesia.
Terlebih di acara itu, sudah ada pula cerita bahwa sekarang, 70 persen konsumen di China sudah berani membeli mahal produk sawit yang sustainable.
"Angka ini menjadikan China sebagai 9 persen pembeli sawit berkelanjutan di dunia," kata Chief Executive Officer Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Joseph D’Cruz dalam sambutannya.
Sederet orang yang menjadi pembicara juga ngomong soal keberlanjutan itu. Zhang Jua, perwakilan Komite Perdagangan China misalnya. Dia malah mengatakan bahwa ke depan, China akan membikin pendaftaran untuk sejumlah komoditas demi memastikan ketertelusurannya meski belum termasuk sawit.
Perwakilan Amerika, Canada dan Australia juga menyampaikan komitmen keberlanjutan nya terhadap produk yang diekspor ke China.
Katakanlah kedelai dan jagung dari Amerika, kanola dari Kanada dan gandum dari Australia. Maklum, China adalah pasar terbesar produk mereka itu.
Kalau Golda ngomong panjang lebar di podium, Rino Afrino justru khusus ngobrol dengan Direktur Dewan Biji-Bijian Amerika Serikat untuk China, Robert Shelder.
Keduanya berbincang soal perkembangan sawit dan kedelai dan gimana caranya supaya petani sawit Indonesia dan petani kedelai Amerika bisa saling belajar dan berkolaborasi untuk bersama-sama menghadapi European Deforestation Regulation (EUDR) yang baru disahkan April lalu itu .
Abdul Aziz