Home Regional Aneka Siasat Pemda Atasi Darurat Sampah Yogyakarta: Bikin Jugangan, Bagikan 1000 Alat Pengurai Sampah, sampai Tiadakan Kotak Makan di Rapat

Aneka Siasat Pemda Atasi Darurat Sampah Yogyakarta: Bikin Jugangan, Bagikan 1000 Alat Pengurai Sampah, sampai Tiadakan Kotak Makan di Rapat

Yogyakarta, Gatra.com – Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta mengambil keputusan untuk membuka Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan khusus untuk menampung 200 ton sampah dari Kota Yogyakarta mulai Jumat (28/7). Sampah dari Sleman dan Bantul akan ditangani mandiri pemerintah daerah dengan berbagai langkah.

Sekretaris Daerah Pemda DIY, Beny Suharsono, menjelaskan di TPA Piyungan area yang disiapkan sebagai lokasi pembuangan adalah area transisi satu yang memiliki luas 1,1 hektar.

“Area ini sudah dipersiapkan sejak lama namun terbatas sehingga kita hanya menyiapkan daya tampung 10 persen dari luasan total. Ini kita gunakan untuk menggeser sampah di Kota Yogyakarta sebanyak 200 ton per hari,” katanya.

Keterbatasan daya tampung area transisi ini menjadikan pengawasan pembuangan sampah Kota Yogyakarta akan diawasi ketat. Sebagai kontrol, Pemkot Yogyakarta diminta menambah jumlah pekerja dan peralatan pengambilan sampah.

Sampah di Kota Yogyakarta menurut Beny menjadi perhatian penuh Pemda Yogyakarta. Salah satu program yang akan dijalankan adalah memberikan alat pengurai sampah organik kepada seribu kepala keluarga yang akan menjadi proyek percontohan.

“Harga alatnya Rp85 ribu dan sederhana. Sampah organik dimasukkan ke pipa paralon agar bisa diolah menjadi pupuk. Ini proyek percontohan, jika berhasil akan diperluas,” jelasnya.

Sedangkan untuk sampah dari Kabupaten Sleman dan Bantul, menurut Beny, akan dikelola mandiri secara desentralisasi. Keberadaan TPA level kabupaten ini akan dipertahankan untuk mengurangi daya tampung TPA Piyungan.

Sleman dalam waktu dekat akan membuka TPA level kabupaten di Kenaji, Kecamatan Tamanmartani, yang berdaya tampung 80 ton per hari. Sleman akan membuka tiga TPA level kabupaten.

“Untuk Bantul, karena masih luasnya lahan. Pengelolaan sampah organik bisa menerapkan konsep lubang di tanah (jugangan). Selain memanfaatkan pengelolaan sampah mandiri yang banyak dimiliki desa di Bantul,” jelasnya.

Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo, mengatakan saat ini produksi sampah di wilayahnya turun drastis. Dari sebelumnya mencapai 300 ton per hari sekarang menjadi 210 ton.

“Penurunan tidak lepas dari upaya yang dilakukan yakni dengan menggerakkan bank sampah di masing-masing RT RW dan kelurahan. Kemudian ada gerakan zero sampah. Penanganan tingkat rumah tangga mampu menurunkan sekitar 100 ton,” ucapnya.

Dalam penanganan sampah di Bantul, Bupati Abdul Halim Muslih menerbitkan tiga kebijakan selama masa darurat sampah akibat penutupan TPA Piyungan sampai awal September. Pertama adalah segera membuka TPA level kabupaten di Modalan, Kecamatan Banguntapan, dan di Murtigading, Kecamatan Sanden.

“Langkah kedua melarang lagi penggunaan kotak kertas makan saat rapat-rapat pemerintah. Makan siang akan diberikan tunai sesuai anggaran untuk digunakan makan di warung,” papar Halim.

Terakhir meminta warga Bantul yang masih memiliki lahan membuat lubang di tanah sebagai buangan sampah organik dan hanya berlaku sampai masa darurat sampah.

“Kami akan terus meminta pedukuhan memasifkan pemilahan sampah oleh warga dengan dukungan anggaran dari Program Pembangunan Berbasis Masyarakat Padukuhan (PPBMP) senilai Rp50 juta per tahun,” kata Halim.

112