Tangerang, Gatra.com- Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN), Arief Setiawan Handoko mengungkapkan bahwa dalam Implementasi kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah membuat sektor hulu Minyak dan Gas (Migas) menderita.
Pemerintah, kata Arief memberikan harga gas yang lebih rendah, senilai US$6 per MMBTU. Harga ini diberikan hanya untuk tujuh sektor industri yang meliputi pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, sarung tangan karet.
“Jadi harga US$6 memang di hulu banyak menderita dan di midstream menderita,” kata Arief di ICE BSD, Tangerang pada Selasa (26/7).
Arif juga mengatakan, dibalik penderitaan yang dialami industri hulu tersebut, permintaan gas untuk industri mengalami peningkatan yang diakibatkan adanya HGBT tersebut.
“Ada peningkatan 15 persen per tahun jadi bisa dikatakan bahwa cara efektif meningkatkan permintaan kita sudah tahu harganya dulu,” kata Arief.
Menurut Arief di dalam implementasinya mengalami beberapa kesulitan, namun pemerintah memiliki tanggung jawab itu menyelesaikan permasalahan tersebut, dengan menyeimbangkan semua proses midstream hulu hilir.
“Jadi sektor hulu jangan sampai menderita akibat kebijakan tersebut,” jelasnya.
Di sisi lain, Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi mengatakan bahwa pihaknya tengah berupaya agar harga bisa dikendalikan dengan lebih ketat dan juga produksi akan lebih efisien.
“Kita bisa melihat pemerintah membangun jalur pipa cisem dan nanti di dunia Sei Mangkei dan mudah-mudahan akan membantu keekonomian proyeknya,” kata Kurnia.