Home Info Sawit Petani Sawit 15 Negara Berkumpul di Malaysia. Mereka Membahas Ini

Petani Sawit 15 Negara Berkumpul di Malaysia. Mereka Membahas Ini

Melaka, Gatra.com - Sekitar 200 orang perwakilan petani kelapa sawit dari 15 negara ikut dalam International Smallholders Workshop and Field Visit yang digelar di Melaka, Malaysia pada hari ini dan besok. Ada yang hadir langsung, ada pula yang melalui zoom.

Helat yang digelar oleh Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) ini mengusung tema; Improvement of Sustainable Certification Achievement, Enhance of Good Agricultural Practices, and Lesson Learned on Technology Adoption.

Ada sederet topik yang dibahas hingga besok. Mulai dari peningkatan kapasitas petani kecil untuk mencapai sertifikasi keberlanjutan, praktik pertanian yang baik -- khususnya dari aspek otomasi dan mekanisasi yang berpotensi diadopsi oleh petani kecil --- hingga membahas European Union Deforestation Regulation (EUDR) yang sudah disahkan Uni Eropa April lalu.

Dalam sambutannya, Sekretaris Jenderal CPOPC Dr. Rizal Affandi Lukman mengurai peran sentral petani kecil dalam rantai pasok minyak sawit sektor hulu di Indonesia, Malaysia dan Honduras.

Maklum, dari total luas kebun kelapa sawit di masing-masing anggota CPOPC, 41% (Indonesia), 27% (Malaysia), dan 50% (Honduras) dikelola oleh petani.

"Lokakarya ini akan menjadi sarana penting bagi para peserta untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang praktik pertanian yang baik dan memperkuat pemahaman mereka tentang keberlanjutan," sebut Rizal.

Pada pidato utamanya, para Pejabat Senior dari masing-masing negara anggota CPOPC juga menegaskan bahwa peraturan yang disahkan oleh pemerintah dan tindakan yang diambil oleh semua pemangku kepentingan terkait, diperlukan untuk menjaga praktik berkelanjutan di kalangan petani kecil.

Sekretaris Jenderal, Kementerian Perkebunan dan Komoditas Malaysia, YBhg. Dato' Mad Zaidi Bin Mohd Karli mengatakan bahwa pihaknya telah mengalokasikan dana insentif The Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO) bagi petani.

"Kami menyadari bahwa beberapa petani masih menghadapi tantangan untuk mendapatkan sertifikasi lantaran terkendala keuangan. Oleh karena itu, Pemerintah Malaysia mengambil langkah proaktif dengan mengalokasikan dana insentif MSPO untuk meringankan beban yang ditanggung petani kecil kami,” katanya.

Sementara itu, Wakil Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Pangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Dr. Musdhalifah Machmud menyebutkan bahwa praktik keberlanjutan petani dapat dicapai dengan perbaikan kebijakan, Good Agricultural Practices, serta pelatihan dan advokasi bagi petani.

Indonesia memandang bahwa petani kecil adalah solusi dan peluang untuk bergerak maju menuju kelapa sawit yang lebih berkelanjutan.

Di sisi lain, Subsekretaris Pertanian dan Peternakan Honduras, Ing. Roy Lazo Rodríguez menegaskan, bantuan pemerintah tidak akan cukup untuk memenuhi semua dukungan yang dibutuhkan petani untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

“Sekarang Honduras menjadi bagian dari CPOPC, saya berharap para petani kita, serta pemerintah, dapat belajar dari praktik dan kebijakan satu sama lain,” Rodriguez berharap.

Dalam siaran pers yang diterima Gatra.com tadi sore disebutkan bahwa pada sesi pertama acara itu, diskusi berpusat pada pencapaian dan tantangan petani kecil dalam menunjukkan komitmen mereka terhadap prinsip keberlanjutan. Tidak hanya untuk mendapatkan skema sertifikasi, tapi juga praktik umum di lapangan.

Lalu pada sesi kedua, fokus nya adalah pada masa depan petani kecil yang kaitannya dengan teknologi terbaru di bidang pertanian dan EUDR yang berpotensi mengecualikan petani kecil di pasar UE.

Puncaknya, para peserta lokakarya ini akan mengadakan kunjungan lapangan ke perkebunan kelapa sawit milik Sime Darby di Ladang Merlimau dan perkebunan rakyat di Paya Dalam.

Peserta yang terdiri dari 12 petani plasma Indonesia dan 12 petani Malaysia, serta 9 perwakilan pemerintah dan asosiasi petani kecil di Papua Nugini, akan belajar tentang otomasi dan mekanisasi pertanian untuk meningkatkan produktivitas petani kecil.

Tahun depan, Indonesia yang akan menjadi tuan rumah lokakarya semacam ini.


 

82