
Jakarta, Gatra.com - Pengamat politik Saiful Mujani menyebut, ada hubungan antara komitmen masyarakat pemilih Indonesia terhadap demokrasi dengan pilihan mereka terhadap tiga kandidat bakal calon presiden (bacapres) teratas pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.
Sebagaimana diketahui, ketiga kandidat itu antara lain Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Hasilnya, jumlah pemilih Prabowo yang berkomitmen tinggi terhadap demokrasi lebih rendah dibanding jumlah pemilih berkomitmen tinggi pada dua kandidat lainnya.
"Pada Anies Baswedan 33 persen. Kemudian pada Ganjar Pranowo 39 persen, jadi selisihnya sekitar 6 persen dengan Anies. Kemudian, dengan Prabowo yang tinggi itu 29 persen, selisihnya sekitar 10 persen antara Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto," ujar Saiful Mujani dalam video bertajuk 'Nilai-Nilai Demokrasi dan Pilihan Capres' di kanal YouTube SMRC TV, Kamis (20/7).
Sebaliknya, persentase pemilih Prabowo yang memiliki komitmen rendah terhadap demokrasi cenderung jauh lebih tinggi, dengan 48 persen. Sementara itu, jumlah pemilih dengan komitmen rendah pada dua kandidat lain, yakni Ganjar dan Anies, sama-sama berada di angka 26 persen.
"Jadi, kalau yang bersaing antara Anies dengan Ganjar, kemungkinan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi itu bukan faktor yang penting. Seperti yang kita hipotesakan di awal, karena latar belakang kedua orang ini agak mirip," ujar Saiful.
Namun demikian, kecenderungan yang signifikan dapat tampak ketika menyandingkan persentase pemilih Ganjar dengan Prabowo. Hal itu disebabkan oleh jarak yang besar antara pemilih dengan komitmen terhadap demokrasi yang tinggi maupun rendah pada kedua kandidat bacaleg itu.
"Kemungkinan pemilih Prabowo itu tidak terlalu peduli dengan nilai-nilai demokrasi. Kita lihat hampir separuhnya, 48 persen itu orang yang rendah komitmennya terhadap demokrasi itu memilih Prabowo Subianto," ucap Saiful.
Untuk diketahui, komitmen masyarakat pemilih Indonesia terhadap demokrasi itu diukur dengan tiga aspek, yaitu kebebasan berpendapat, kebebasan berserikat, dan kebebasan mengkritik pemerintah. Hasilnya, ada 92,3 persen masyarakat yang memiliki komitmen tinggi terhadap demokrasi serta 7,7 persen yang berkomitmen rendah.
Kecenderungan itu diperoleh dari hasil survei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Desember 2022 silam. Dalam survei itu, SMRC juga mencatat bahwa mayoritas pemilih di Indonesia menilai komitmen atas demokrasi sebagai hal yang penting.