Jakarta, Gatra.com - Pengamat politik Saiful Mujani menyebut sebagian besar pemilih dalam Pemilihan Umum (Pemilu) menilai komitmen terhadap demokrasi sebagai suatu hal yang penting. Hal itu dinyatakannya berdasarkan hasil survei nasional yang diadakan Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) pada Desember 2022 silam.
Adapun, komitmen atas demokrasi itu dilihat dari cara masyarakat memandang tiga aspek terkait kebebasan. Ketiga aspek itu adalah kebebasan berpendapat dan kebebasan pers, kebebasan untuk berkumpul, dan kebebasan untuk mengkritik pemerintah.
"Sebenarnya, sangat sedikit orang yang menilai kebebasan berpendapat itu kurang penting atau tidak penting sama sekali. Totalnya itu hanya sekitar 6,5 persen," kata Saiful Mujani dalam video bertajuk 'Nilai-Nilai Demokrasi dan Pilihan Capres' di kanal YouTube SMRC TV, Kamis (20/7).
Baca Juga: SMRC: Migrasi Politik Oposan Rusak Prospek Demokrasi
Sementara itu, sebanyak 60 persen masyarakat pemilih menilai kebebasan berpendapat sebagai hal yang sangat penting, dan 30,2 persen lainnya menganggap kebebasan berpendapat cukup penting.
"Jadi, sebenarnya di tingkat masyarakat, penghargaan terhadap nilai-nilai kebebasan berpendapat itu sangat tinggi dan hampir 100 persen. Jadi 9 dari 10 orang di Indonesia ini menilai bahwa kebebasan berpendapat itu cukup penting atau sangat penting," kata Saiful.
Di samping itu, mayoritas pemilih, yakni sebanyak 83,9 persen, juga menganggap kebebasan berkumpul atau berserikat sebagai hal yang penting. Namun, survei SMRC itu mencatat bahwa ada lebih banyak orang yang menilai jenis kebebasan tersebut tidak penting dibanding kebebasan berpendapat.
Baca Juga: Saiful Mujani Sebut Kemungkinan 33% Masyarakat Mengubah Pilihan di Pilpres 2024
Totalnya, sebanyak 12,2 persen masyarakat pemilih tak menganggap kebebasan berserikat sebagai hal yang penting.
Adapun, sebanyak 84,3 persen berpendapat bahwa kebebasan untuk mengkritik pemerintah adalah suatu poin yang penting dalam kehidupan bernegara. Di mana, 43,5 persen di antaranya bahkan menganggap hal itu sangat penting, sementara 40,8 lainnya menganggap kebebasan itu cukup penting dilakukan.
"Sisanya (12,9 persen) mengatakan kurang atau tidak penting sama sekali, atau tidak tahu apakah penting atau tidak penting (2,7 persen)," ujar Saiful Mujani.