Bandung, Gatra.com - Komisaris serta Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PT PLN (Pesero) terjun langsung ke lokasi proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Upper Cisokan Pumped Storage (PLTA UCPS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Apung Cirata.
Dilaksanakan pada 14-15 Juli, kunjungan lapangan dilaksanakan untuk memonitor progres serta kesiapan dari pembangkit berskala besar tersebut.
Baca Juga: Kolaborasi dengan PNG Power, PLN Siap Pasok Listrik di Perbatasan Papua Nugini
Komisaris PLN, Mohamad Ikhsan mengatakan bahwa dengan semakin bertambahnya pembangkit energi baru terbarukan (EBT), maka keandalan sistem kelistrikan di Jawa dan Bali akan semakin baik. Kondisi seperti itu menurutnya akan berbanding lurus juga dengan peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat.
“Sesuai dengan Mars PLN yaitu menjadi agen Pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,” tuturnya.
Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan bahwa PLTA UCPS akan menjadi PLTA terbesar se-Indonesia dengan kapasitas 1.040 Mega Watt (MW) mengungguli PLTA Cirata yang memiliki kapasitas 1.008 Mega Watt (MW). Sedangkan PLTS Apung Cirata akan menjadi PLTS terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 145 Mega Watt AC (MWac).
“Kami laporkan bahwa PLTS Apung Cirata ini kapasitasnya 145 MWac dan alhamdulillah proyek ini berjalan dengan sangat baik sehingga bisa COD (commercial operation date) di tahun ini,” kata Wiluyo.
Lebih lanjut Wiluyo menjelaskan pengopersian PLTS Cirata akan menggunakan sinar matahari yang diubah menjadi listrik DC dan kemudian diubah menjadi listrik AC. Selain itu pengoperasian PLTS akan sangat efisien khususnya dari segi lahan karena tidak membutuhkan lokasi baru yaitu dengan menggunakan waduk sebagai dasar instalasinya.
Saat ini, menurut Wiluyo, PLN tengah fokus untuk mengoptimalkan proses transisi energi menjadi energi hijau atau energi baru terbarukan. Upaya ini didorong oleh semangat untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060 atau lebih cepat. Dirinya juga menjelaskan bahwa sampai tahun 2023, PLN berhasil menurunkan emisi karbon sekitar 50 juta ton CO2.
Pembangunan PLTA Cisokan dan PLTS Apung Cirata akan meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi nasional. Saat ini, progress konstruksi proyek PLTS Apung Terbesar sudah mencapai 63,87 persen dan ditargetkan dapat COD pada Oktober tahun ini. Sedangkan PLTA UCPS ditargetkan dapat mulai beroperasi pada Tahun 2028.
Sementara itu, General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah Djarot Hutabri sebagai pimpinan unit yang mengerjakan PLTA UCPS menjelaskan bahwa PLTA tersebut menjadi pembangkit pertama yang menggunakan teknologi Pumped Storage di Indonesia.
Memanfaatkan aliran sungai Cisokan, anak sungai Citarum, PLTA ini akan memiliki dua bendungan dengan ketinggian berbeda. Adapun pembangunan PLTA UCPS ke depannya akan meliputi pembangunan Bendungan atas dan bawah, Power House, Terowongan (Tunnel), Switchyard, serta Jaringan Transmisi.
“Melalui transformasi serta sejumlah program PLN untuk menuju Green Economic, kami optimis NZE pada 2060 bisa tercapai," lanjut Djarot.
Saat ini, PLN terus menggenjot penggunaan serta pembangunan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT). RUPTL (Rencana usaha Penyediaan Tenaga Listrik) 2021-2030 yang telah disusun bersama Pemerintah menjadi yang terhijau sepanjang sejarah, di mana 51 persen pembangunan pembangkit akan menggunakan EBT yang ramah lingkungan.