Home Internasional Turki dan Ukraina Main Mata Dibelakang Rusia

Turki dan Ukraina Main Mata Dibelakang Rusia

Moscow, Gatra.com - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengumpulkan lima komandan batalion Azov yang sebelumnya dipenjara dalam perjalanan baru-baru ini ke Turki, memicu kebingungan dari Rusia, yang menuduh Ankara menarik kembali kesepakatan untuk mempertahankan mereka sampai perang berakhir.

Dalam video hari Sabtu yang diposting oleh Zelenskyy, komandan anggota batalion - pasukan paramiliter nasionalis kulit putih dalam Garda Nasional Ukraina - terlihat memeluk presiden Ukraina sebelum mereka naik pesawat. Para komandan telah ditangkap di kota pelabuhan Mariupol.

"Kami akan pulang dari Turki dan membawa pulang pahlawan kami," tulis sebuah postingan di Twitter Zelenskyy.

Menurut Reuters, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA bahwa Turki seharusnya menahan para tahanan di negara itu, menurut kesepakatan yang dibuat antara Rusia, Ukraina, dan Turki. Komentar itu muncul setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan negara itu akan menjadi tuan rumah Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas ekspor biji-bijian Ukraina selama perang, per outlet.

"Tidak ada yang memberi tahu kami tentang ini," kata Peskov, menurut Reuters. "Menurut kesepakatan, para pemimpin kelompok ini akan tetap berada di wilayah Turki hingga akhir konflik."

Pasukan Rusia menangkap ratusan pejuang Ukraina selama tiga bulan pertempuran berdarah di Mariupol sebelum pasukan menyerah pada Mei 2022. Banyak dari pasukan ini yang bertahan dengan bersembunyi di bunker dan terowongan di bawah pabrik baja Azovstal adalah anggota batalion Azov.

Pertukaran tahanan yang diselenggarakan dengan bantuan Turki dan Arab Saudi pada bulan September memungkinkan ratusan tentara Ukraina untuk pulang. Zelenskyy mengumumkan bagian dari perjanjian tersebut termasuk bahwa lima komandan batalion Azov yang memimpin serangan di Mariupol akan tetap berada di Turki sampai perang usai. Zelenskyy tidak membagikan kondisi apa yang berubah yang memungkinkan dia untuk membawa pulang para komandan.

Adapun tentara Azov lainnya yang ditangkap di Mariupol, 22 orang saat ini menghadapi persidangan di Rusia setelah negara tersebut menetapkan batalion tersebut sebagai kelompok teroris. Human Rights Watch menghukum persidangan, dengan mengatakan persidangan itu melanggar Konvensi Jenewa tentang Perlakuan Tahanan Perang.

94