Jepara, Gatra.com - Berbagai macam program bantuan pemerintah dituding menjadi biang angka kemiskinan ekstrem di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Lantaran diduga ada sejumlah warga yang memalsukan data untuk memperoleh bantuan sosial (Bansos), sehingga berdampak negatif pada citra kabupaten berjuluk Bumi Kartini.
Penjabat Bupati Jepara, Edy Supriyanta, mengatakan, padahal Jepara tidak termasuk kabupaten/kota kategori miskin di Jateng. Namun karena adanya iming-iming bantuan dari berbagai macam program pemerintah, angka kemiskinan ekstrem di Jepara melambung naik.
"Jepara ini tidak termasuk kabupaten kategori miskin di Jawa Tengah. Namun kemiskinan ekstrem ini menjadi perhatian kita," ujarnya disela kunjungan Desa Ketileng Singolelo dan Teluk Wetan, Kecamatan Welahan, Selasa (11/7).
Berkaca pada tahun lalu, lanjut Edy, angka kemiskinan di Jepara berada diangka 0,6 persen, akan tetapi pada tahun ini melejit naik jadi 1,8 persen.
"Agar masyarakat tidak memberi laporan palsu kepada petugas Badan Pusat Statistik (BPS) ketika melakukan sensus," terangnya.
Mengingat, lanjutnya, alih-alih mendapatkan bantuan, sensus tersebut justru membuat prestasi Jepara menjadi turun, ketika ada pihak yang menyerahkan data palsu untuk mendapatkan program bantuan.
Disampaikan, dari 3.500 warga Desa Ketileng Singolelo, jumlah warga miskin sebesar 13 persen atau 504 warga dan terdapat tujuh kasus tengkes. Sedangkan di Desa Teluk Wetan tingkat kemiskinan cukup tinggi diangka 1.300 warga, serta ada sebanyak 15 kasus tengkes.
"Agar petinggi (kepala desa) dan semua pihak yang terkait agar berkordinasi untuk melakukan intervensi, agar turun," tegasnya.