Jakarta, Gatra.com – Imparsial menilai pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa konflik Papua adalah konflik yang kecil dan jangan dibesar-besarkan itu jauh dari realitas yang terjadi di sana.
“Kami menilai pernyataan Presiden Jokowi ini sama sekali jauh dari realitas yang terjadi,” kata Al Araf, Ketua Centra Initiative dan Peneliti Senior imparsial di Jakarta, Minggu (9/7).
Baca Juga: Dari Pemekaran, Otsus, hingga Upaya Meredam Konflik Papua
Menurut Al Araf, pernyataan Presiden Jokowi tersebut sulit dipahami, dimengerti, dan bahkan menyakitkan bagi para korban kekerasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
“Hingga saat ini, fakta yang terjadi di Papua adalah konflik masih terus berlansung tidak menentu di mana korban jiwa warga sipil, anggota TNI, Polri masih berjatuhan,” ujarnya.
Pada rentang tahun 2021–2022 saja, kata Al Araf, warga sipil, anggota TNI, dan Polri sudah di atas 50 orang yang meninggal. Belum lagi tahun tahun sebelumnya, korban kekerasan dan pelanggaran HAM banyak terjadi di Papua.
Direktur Eksekutif Imparsial, Gufron Mabruri, menyampaikan, selain itu, konflik di Papua juga diwarnai dengan terdapatnya pengungsi, impunitas yang terus berlangsung dimana pelaku pelanggaran HAM bebas dari penghukuman, soal sandera yang belum kunjung bebas, penangkapan sewenang-wenang pada aktivis demokrasi di Papua, dan berbagai permasalahan lainnya.
Dalam konteks itu, ujar Gufro, pernyataan Presiden Jokowi sama sekali jauh dari realitas masalah yang terjadi di Papua. Presiden perlu berkaca lagi dan memahami serta mendalami konflik yang terjadi di Papua.
Baca Juga: Peneliti LIPI Beberkan 4 Akar Konflik Papua
Menurutnya, jika presiden menganggap warga sipil tewas dan pelakunnya tidak mendapatkan hukuman adalah hal yang kecil maka hal itu bukan hanya melukai korban tetapi melukai masyarakat luas.
“Di dalam negara hukum, ada kondisi impunitas di dalam suatu wilayah akan tetapi presidenya bilang hal itu hal kecil maka hal ini jelas sangat memprihatinkan,” katanya.