Jakarta, Gatra.com– Generasi X (Gen X) dan milenial sedikit banyak masih familiar dengan sejumlah lagu-lagu anak. Sebut saja lagu “Diobok-obok” yang dinyanyikan Joshua Suherman, “Du Di Dam” oleh Enno Lerian, hingga “Abang Tukang Bakso” oleh Mia Meilany.
Namun, generasi-generasi setelahnya, seperti Gen Z dan bahkan Gen Alpha dianggap tak begitu mengenal lagu-lagu anak di zaman dulu itu. Sejumlah kalangan menilai bahwa datangnya lagu-lagu pop yang catchy dan easy listening dari seni budaya dalam dan luar negeri menjadi salah satu penyebab langkanya lagu-lagu anak masa kini.
Salah seorang penulis lagu anak, Wawa Lukman, mengamini anggapan itu. Menurutnya, permintaan pasar yang lebih condong pada lagu-lagu remaja dan dewasa.
Hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa lagu-lagu anak tak begitu dilirik oleh orang banyak. Termasuk oleh para orang tua yang bisa saja mengajarkan lagu-lagu anak kepada anak-anaknya.
“Jadi mungkin lagu anak-anak bisa dibilang tertinggal. Saya juga berharap untuk para musisi sisihkanlah waktu untuk membuat lagu-lagu anak. Entah itu mengenai alam, mengenai kegiatan sehari-hari, dan sebagainya," tegas dia.
Ia mengingatkan agar jangan hanya mengejar uang saja. "Itu memang penting untuk kehidupan, tapi sisihkan waktu untuk generasi penerus,” kata Wawa kepada Gatra.com di kawasan Jakarta Selatan, pada Kamis (6/7).
Ibu dengan empat anak ini tak memungkiri bahwa di zaman serba mudah ini, segala hal bisa menjadi jauh lebih enteng dilakukan, termasuk dalam hal penciptaan dan distribusi lagu anak. Namun, ia mengatakan kemudahan itu juga terkadang menjumpai sejumlah tantangan.
Kini, musisi bisa dengan mudah merilis atau membagikan karya musik mereka melalui platform-platform musik semacam Spotify hingga YouTube. Namun, bagi Wawa, efisiensi dan capaian yang setimpal itu tak bisa diraih semudah membalikkan telapak tangan.
“Sekarang kan ada platform Spotify dan YouTube. Mereka kan juga perlu follower dan sebagainya. Jadi dari awal itu perlu kerja ekstra. Tapi kalau sudah booming satu lagu, orang-orang akan mencari lagu apa lagi yang penyanyi ini nyanyikan,” tutur Wawa.
Faktor lain yang menjadi penyebab sepinya minat terhadap lagu-lagu anak, kata Wawa, adalah masuknya lagu-lagu dari budaya asing ke pasar musik Indonesia. Parahnya, lagu-lagu itu bisa dengan mudah disukai anak-anak di Tanah Air. Ia menduga hal itu bisa terjadi karena lagu-lagu asing itu punya formulasi notasi yang bisa menghasilkan lagu yang enak dan mudah didengar (easy listening).
“Karena musiknya enak, tapi kadang-kadang anak-anak kita ada yang enggak ngerti apa sebenarnya artinya itu karena [liriknya] pakai bahasa Amerika Latin dan sebagainya. Jadi alangkah baiknya dengan bahasa ibu mereka, mereka bisa bernyanyi dengan irama yang baik, arranger yang baik,” ujar Wawa.
Dalam waktu dekat, Wawa akan terlibat dalam pertunjukan musikal bertajuk “Benih yang Bernilai”. Dalam pertunjukan ini, ia berperan sebagai produser dan juga pencipta lagu-lagunya. Ia mengatakan ada sejumlah tujuh lagu ciptaannya yang akan ditampilkan dalam pertunjukan itu.
Pertunjukkan arahan sutradara Jong Santiasa Putra ini akan mengisahkan kehidupan anak-anak kecil. Total akan ada sebanyak 13 aktor utama.
Sejumlah aktor itu akan didukung puluhan penari dan penyanyi paduan suara yang semuanya anak-anak. Salah satu bintang utamanya adalah aktor kawakan Lukman Sardi.
Lukman menganggap bahwa pertunjukan musikal “Benih yang Bernilai” ini adalah angin segar di dunia pertunjukan seni. Menurutnya, saat ini jarang sekali ada pertunjukan yang aktor-aktornya adalah anak-anak. Ia berkisah zaman dulu pernah ada grup Papiko, di mana salah satu anggotanya ialah Titiek Puspa.
“Saya ingat yang setiap tahun setiap mau acara Lebaran itu selalu ada acara operet [Papiko]. Operetnya ini bersama anak-anak dan cerita-ceritanya itu menghibur sekaligus mendidik, dan ditunggu. Ditunggunya bukan cuma sama anak-anak, tapi termasuk oleh warga dan orang tuanya,” kata Lukman dalam konferensi pers di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Kamis (6/7).
Oleh karena itu, bintang film Penyalin Cahaya itu bersyukur bisa terlibat langsung dalam pertunjukan musikal ini. ““Saya bersyukur berada di tempat ini karena saya merasa sesuatu yang baik itu akan menghadirkan yang baik juga untuk kelanjutannya ke depannya,” ujarnya.
Pertunjukan musikal “Benih yang Bernilai” direncanakan bisa disaksikan pada Sabtu, 15 Juli 2023 di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta Selatan. Penontonnya adalah anak-anak yatim piatu dari sejumlah panti asuhan dengan beragam latar belakang suku dan agama, yang bisa menyaksikannya secara gratis.