Jakarta, Gatra.com - Penulis lagu (songwriter) anak Wawa Lukman membagi kisahnya mengenai proses kreatif dalam menciptakan lagu-lagu. Ia telah banyak menelurkan lagu-lagu anak yang ia unggah di platform musik semacam Spotify hingga YouTube. Teranyar adalah lagu bertajuk “Sekolah” dan “Liburan” yang baru dirilis sekitar dua pekan lalu.
Lagu-lagu ciptaan Wawa pada dasarnya berkarakter riang dengan kord-kord mayor yang mendominasi. Hal itu demi menjaga nuansa gembira yang cocok untuk anak-anak. Namun, dari sisi perpindahan kord, lagu-lagunya juga cukup dinamis meski tidak begitu kompleks karena mempertimbangkan kesederhanaan dan kepolosan anak kecil.
Sementara dari segi lirik, Wawa mengaku bahwa lagu-lagunya banyak terinspirasi dari kisah sehari-hari anak-anak. Ia meyakini bahwa kecintaannya pada anak kecil membuat alam bawah sadarnya bisa mendorong dirinya untuk menulis lagu-lagu anak dengan mudah.
Ibu empat anak itu bercerita bahwa dalam proses menulis lagu, penulisan notasi dan lirik ia lakukan secara hampir bersamaan. “Kebanyakan barengan. Jadi saya ambil kertas putih, lalu saya langsung menulis, langsung saya panggil seseorang untuk main gitar, untuk bantu cari nadanya,” kata Wawa kepada Gatra.com di kawasan Jakarta Selatan, pada Kamis (6/7).
Wawa mengaku bahwa dirinya tak begitu lihai bermain isntrumen musik. Oleh karena itu, ia punya partner dalam proses penulisan lagu, yakni Roedyanto Wasito, yang juga kerap berperan sebagai penggubah (arranger) lagu-lagu ciptaannya.
“Kadang-kadang, karena hearing saya terlalu tajam, tidak diiringi kemampuan bermain alat musik. Nah jadi kadang, ‘Kayaknya salah itu harusnya [kordnya] ke sini dan ke sini’, tapi saya tidak tahu itu kunci apa. Jadi kebetulan sekali Tuhan mengirim teman yang pandai [main alat musik] dan mudah mengerti perasaan saya, dan tidak cepat tersinggung,” tutur Wawa.
Selain berperan dalam menggubah lagu, Roedyanto sang arranger juga berperan membantu Wawa dalam menemukan kord-kord yang tepat untuk komposisi ciptaannya. Namun, Wawa mengaku bahwa proses itu tak mudah dan memakan waktu cukup lama lantaran harus ada polesan tertentu supaya lagu-lagu ciptaannya sesuai dengan karakter anak kecil.
“Kerja sama bareng arranger. Saya tunjukin ke sana ke sini, nanti dimanisin sama arranger. Tapi saya minta manisin sesuai dengan karakter anak, bukan sesuai pasar. Kalau sesuai pasar, berarti ada poin masuknya, tapi tidak mencapai jiwa anak. Tapi kalau jiwa anak, walaupun pasar gak terima, terus aja kita gedor karena saya percaya ada waktunya Tuhan suatu saat akan terbuka pintu itu,” kata Wawa.
Sebagai penulis lagu anak, Wawa punya formulasi tersendiri dalam proses kreatifnya. Ia mengatakan bahwa kunci terpenting bagi lagu-lagu anak adalah notasi yang sederhana karena notasi yang agak kompleks biasanya lebih banyak dipakai di lagu-lagu orang dewasa.
“Jadi begini. Formulasinya sebetulnya ada. Kalau dewasa itu biasanya agak susah ya, tapi kalau anak cukup dengan yang gampang didengar. Easy listening. Walaupun lagu-lagu dewasa juga ada yang easy listening. Tapi buat anak-anak dibuat jangan terlalu rumit. Kalau dia rumit, nanti susah,” kata Wawa.
Sementara dari sisi lirik lagu, Wawa juga menekankan hal-hal positif dalam penulisannya. Diiringi dengan irama gembira, kata dia, lagu-lagu anak juga harus dibarengi lirik dengan kata-kata yang cocok dengan perkembangan usianya. Kalaupun lagunya bertema kesedihan, kata dia, usahakan untuk selalu menonjolkan sisi positifnya juga.
“Jadi kalau anak-anak lebih baik iramanya gembira. Kalau memang [tema lagunya] persahabatan yang berpisah, kita kasih berpisah, tapi syairnya menyatakan bahwa suatu saat mereka bisa bertemu lagi. Jadi tidak ada goodbye, lalu langsung menangis-nangis. Jadi jangan merusak jiwa anak,” ujar Wawa.
Dalam waktu dekat, Wawa akan terlibat dalam pertunjukan musikal bertajuk “Benih yang Bernilai”. Dalam pertunjukan ini, ia berperan sebagai produser dan juga pencipta lagu-lagunya. Ia mengatakan ada tujuh lagu yang akan ditampilkan dalam pertunjukan itu.
Menurutnya, kisah dari pertunjukan ini penting untuk ditampilkan demi mengangkat moril anak-anak di panti asuhan. Ia meyakini bahwa kehidupan anak-anak yatim-piatu di panti asuhan amat berharga walau harus kehilangan sosok orang tua.
“Karena saat ini mereka tidak punya apa-apa, tapi kalau kita berikan fasilitas, mereka bisa berkarya dengan baik. Anak-anak panti bisa merasa hidup mereka berharga di mata Tuhan, dan juga bisa berdamai dengan diri mereka sendiri untuk melakukan sesuatu yang dahsyat,” ujar Wawa.
Lewat perannya sebagai pencipta lagu anak, Wawa yakin bahwa pesan-pesan moral terhadap anak-anak generasi masa kini bisa lebih mudah tersampaikan. Baginya, anak-anak ialah layaknya benih, yang jika ditebar di lingkungan yang subur, maka anak-anak itu akan bertumbuh dengan baik.
“Anak-anak itu intinya polos, apa adanya. Anak-anak adalah juga penerus generasi bangsa. Makanya saya nulis lagu karena hanya dengan lagu pesan kita akan sampai dengan cepat. Saya sejak dua tahun terakhir sangat aktif memasukkan lagu di platform musik. Di Spotify itu bisa sampai 1-4 lagu dalam satu bulan,” kata Wawa.
Pertunjukan musikal ini juga melibatkan sejumlah talenta muda yang masih anak-anak. Salah satunya adalah Rara Sudirman. Penyanyi cilik berusia 15 tahun itu akan menyanyikan enam lagu. Di samping itu, ia juga akan berakting dan berperan sebagai Rere dalam pertunjukan musikal ini.
“Saya berperan sebagai Rere. Jadi Rere ini adalah seoarang anak yatim piatu yang memiliki karakter jiwa kepemimpinan dan juga setia kawan dan periang. Dan Rere itu sangat senang bernyanyi. Jadi Rere itu selalu bernyanyi di aktivitas apa pun. Lagi nyapu nyanyi, lagi gosok gigi nyanyi. Pokoknya nyanyi terus. Aku suka sama karakternya karena cocok sama karakter aku sendiri,” kata Rara.
Selain Rara, pertunjukan ini juga dibintangi talenta muda lain seperti Quinn Salman. Penyanyi berusia 13 tahun itu mengaku menjumpai sejumlah tantangan ketika ikut berperan dalam pertunjukan ini. Salah satunya, ia harus beradu akting dengan anak-anak lain yang tak punya pengalaman berakting.
Meski begitu, Quinn berharap pertunjukan ini bisa optimal sehingga semua penonton bisa terhibur. “Semoga semua teman-teman anak yatim-piatu menikmati karena mungkin itu pertama kalinya mereka menonton musikal. Semoga mereka bisa jatuh cinta. Itu kan pertama kali mengenal musikal itu kayak gimana. Semoga kita bisa menampilkan yang terbaik,” katanya.
Pertunjukan musikal “Benih yang Bernilai” direncanakan bisa disaksikan pada Sabtu, 15 Juli 2023 di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta Selatan. Penontonnya adalah anak-anak yatim-piatu dari sejumlah panti asuhan dengan beragam latar belakang suku dan agama, yang bisa menyaksikannya secara gratis.