Jakarta, Gatra.com - Kasus kematian disebabkan penyakit antraks terjadi di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan RI, Imran Pambudi menyatakan bahwa dari tiga kematian yang terjadi, satu pasien dipastikan berstatus suspek antraks karena telah melakukan tes lab.
"Selama ini kasus antraks selalu ada sejak 2016, tapi baru ada yang meninggal tahun ini," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (6/7).
Baca juga: Vita Ervina Dorong Pemerintah Beri Kompensasi Peternak Terdampak Wabah Antraks
Pasien berstatus suspek dan meninggal terjadi dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama. Pada tanggal 1 Juni 2023 lalu, pasien WP (72 tahun) masuk ke RS Panti Rahayu dengan keluhan gatal-gatal, bengkak, dan luka. Saat dilakukan tes, ditemukan bahwa kondisinya positif spora antraks dari sampel tanah tempat penyembelih sapi.
Sebelumnya, pada 18 Mei 2023, WP melakukan penyembelihan sapi milik warga lain yang mati karena sakit. Setelahnya, daging sapi dibagikan kepada warga untuk dikonsumsi.
WP kemudian dirujuk ke RS Sarjito pada 3 Juni 2023 dan dilakukan pengambilan sampel darah. Diagnosisnya yakni suspek antraks. Keesokan harinya, WP meninggal dunia.
Imran menyatakan bahwa usai kematian WP, pihaknya melakukan investigasi. Temuan hasil investigasi menunjukkan bahwa WP memang berkontak dengan sapi yang disembelih sebelumnya.
"WP sudah tes lab, yang dua belum tes sudah meninggal. Kemudian kita investigasi, ternyata mereka punya kontak dengan sapi yang mati karena antraks," lanjutnya.
Baca juga: Kementan Apresiasi Penelitian Keladi Tikus Obat Kanker dari Binus
Satu orang yang lainnya yang meninggal ditemukan dengan riwayat mengkonsumsi. Sementara, satu lainnya meninggal dengan riwayat menyembelih juga.
Ia mengimbau masyarakat sekitar untuk memperhatikan kondisi hewan ternaknya. Pengobatan kepada hewan sakit harus dilakukan, serta upaya vaksinasi juga harus ditingkatkan.