Jakarta, Gatra.com – Figur publik dan penyanyi Andien Aisyah bertekad menumbuhkan kesadaran kolektif masyarakat untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.
“Setiap orang harus memiliki collective consciousness atau kesadaran kolektif, yaitu satu orang sadar apa yang ia lakukan sangat berdampak baik dan besar bagi lingkungan,” kata Andien dalam acara peresmian Waste Station di area RDTX Place, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (5/7).
Pegiat gaya hidup ramah lingkungan yang kini mendapuk Eco Living Advisor Rekosistem (PT Khazanah Hijau Indonesia) tersebut menyampaikan, kesaran kolektif dan penerapan gaya hidup ramah lingkungan akan membawa perubahan besar jika dilakukan secara bersama-sama.
“Saya melihat potensi tersebut di Rekosistem dan saya ingin terlibat di dalamnya dalam mengubah Indonesia menjadi negara yang hidup berdampingan dengan alam,” ungkap Andien.
Sedangkan saat ditanya apa tugasnya sebagai Eco Living Advisor di Rekosistem, di antaranya sebagai jembatan antara dunia bisnis atau usaha dengan komunitas atau masyarakat.
“Lebih banyak aku brain storming B to C-nya Rekosistem, di sini aku sebagai konsumen, sebagai bagian dari masyarakat,” ucapnya.
Andien mengaku terus berupaya menerapkan gaya hidup ramah lingkungan bersama keluarganya, termasuk memberi contoh kepada anak-anaknya. Ia melakukannya sudah bertahun-tahun.
“Aku merasa di situ banyak memberikan suara, sumbangsih ide, dan tukar pikiran apa sih strategi-strategi yang bisa dilakukan Rekosistem untuk masyarakat,” katanya.
Peresmian Waste Station di area RDTX Place tersebut merupakan buah keja sama Rekosistem dengan Yayasan WWF Indonesia dalam program WWF Plastic Smart Cities (PSC) untuk mengurangi sampah dari Jakarta yang berakhir di Sungai Ciliwung.
Kolaborasi ini untuk mengurangi sampah dari Jakarta yang berakhir di Sungai Ciliwung. Waste Station adalah stasiun daur ulang Rekosistem dalam rangka mewujudkan pengurangan sampah plastik sebanyak 30% di Jakarta.
Berdasarkan data Jambeck et al., pada 2015, diperkirakan antara 4,8–12,7 Mt plastik terakumulasi di lautan setiap tahunnya. Ocean Conservancy pada 2017 menyebutkan bahwa dari jumlah tersebut, sebesar 80% di antaranya diyakini berasal dari sumber berbasis darat sedangkan 20% sisanya dari sumber berbasis laut, seperti perikanan dan industri perkapalan.
Chief Executive Officer dan Co-founder Rekosistem, Ernest Layman, mengatakan, memulai kebiasaan gaya hidup ramah lingkungan dalam keseharian, seperti memilah dan mengelola sampah secara konsisten dapat memberikan dampak yang signifikan untuk Bumi.
Menurutnya, ini sejalan dengan misi Rekosistem dalam menerapkan prinsip keberlanjutan. Waste Station ini tidak hanya untuk mengumpulkan sampah sehingga dapat diproses, tetapi memiliki tujuan utama menciptakan kebiasaan dan mendorong masyarakat untuk memilah dan menyetorkan sampah anorganik.
“Kebiasan dan aksi itu dapat menaikkan tingkat daur ulang, demi menciptakan Indonesia yang bebas polusi sampah,” kata Ernest.
Yayasan WWF Indonesia melalui program PSC berkomitmen mendukung upaya kolaboratif pengelolaan sampah di Provinsi Jakarta, khususnya yang menjangkau area perkantoran dan rumah tangga.
Director of Climate & Market Transformation Yayasan WWF Indonesia, Irfan Bakhtiar, menegaskan, kolaborasi antara WWF-Indonesia dan Rekosistem mengajak masyarakat untuk dapat berperan aktif dalam pengelolaan sampah.
“Kepedulian terhadap lingkungan dapat menjadi sebuah gaya hidup baru, khususnya masyarakat perkotaan dengan menyetorkan sampah anorganik, termasuk sampah plastik ke Waste Station di RDTX Place ini serta memulai pemilahan sampah dari rumah,” ujarnya.
Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat, Data, dan Informasi Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Rommel PP Pasiribu, mengapresiasi kolaborasi WWF Indonesia dan Rekosistem di bidang sampah. “Selamat atas peluncuran Waste Station,” katanya.
Ia menyampaikan, untuk menangani sampah ini perlu melibatkan semua pihak, mulai dari individu, komunitas atau masyarakat, dunia usaha termasuk start up, dan pihak-pihak lainnya.
“Kami dengan segala keterbatasan merasa terbantu dengan adanya kolaborasi ini. Rekosistem merupakan salah satu ekosistem yang ambil bagian dngan menempatkan waste station atau drop box untuk pengumpul sampah material daur ulang dan juga diharapkan menjadi edukasi bagi masyarakat,” katanya.
Ia yang didampingi Lurah Karet Kuningan, Jaksel, Istambul Afrikana, mengharapkan kolaborasi ini dapat ditiru atau mendorong pihak-pihak lainnya untuk ambil bagian dalam mengelola sampah di antaranya dari hal yang mendasar, yakni memilah sampah berdasarkan jenisnya.
Dengan diresmikannya Waste Station tersebut, totalnya sudah terdapat 28 Waste Station dan Dropbox yang aktif beroperasi di beberapa provinsi di Pulau Jawa, seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Rekosistem juga bekerja sama dengan beberapa korporasi yang turut mendorong kebiasaan #PilahKemasSetor sampah, di antaranya blu by BCA Digital, Toyota Astra Motor, Ajinomoto, dan Electronic City.
Pendirian Waste Station dan Dropbox diharapkan dapat meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang terpadu dan berkesinambungan di masa depan.
Pada bulan Juli ini, Rekosistem juga telah meluncurkan Waste Station baru di Museum Angkut, Kota Batu, yang diresmikan bersama Toyota Astra Motor serta Rekosistem Dropbox di Alun-Alun Gresik dan di Alun-Alun Mojokerto bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Kabupaten dan Kota setempat.
“Kami berharap di kemudian hari dapat memperluas jangkauan Waste Station untuk menciptakan gaya hidup baru masyarakat yang lebih peduli akan lingkungan dan penghuninya,” kata Ernest.