Jakarta, Gatra.com - Forum Bisnis & Investasi untuk Inovasi Basis Alam di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah dalam rangkaian Festival Lestari 5 berhasil menghasilkan komitmen investasi dan dukungan total sebesar USD22,7 juta atau setara dengan Rp340,5 miliar.
Dari jumlah total tersebut, USD20 juta dikomitmenkan berbagai pihak untuk mendukung upaya lintas daerah sementara USD2,7 juta khusus akan ditujukan bagi pelaku usaha di Kabupaten Sigi.
Bupati Sigi, Mohamad Irwan menjelaskan apresiasinya bagi para pelaku usaha dan mitra di Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah yang telah mendorong hilirisasi bernilai tambah dari potensi keanekaragaman hayati di ekosistem lingkungan yang sehat dan salah satu bentuk dari skema bioekonomi yang juga menjadi target nasional.
Ini menjadi motivasi daerah untuk terus menjaga kualitas lingkungan dan mampu menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain untuk melirik pendekatan bioekonomi berbasis wilayah dalam mengembangan potensi ekonomi wilayahnya.
“Kabupaten Sigi merupakan salah satu aset bagi Indonesia dan dunia terkait keanekaragaman hayati dan budaya yang berada di Cagar Biosfer Taman Nasional Lore Lindu. Pendekatan bisnis yang inovatif amat kami butuhkan untuk bisa menggerakan roda ekonomi masyarakat sembari menjaga 75% wilayah Kabupaten Sigi yang merupakan kawasan hutan,” kata Bupati Sigi, dalam siaran pers, Rabu (5/7).
Irwan menjelaskan, fokus mobilisasi investasi dan pengembangan bisnis di Sigi harus inovatif, sejalan dengan komitmen kebijakan Sigi Hijau yang ditetapkan sejak tahun 2019. Lewat pendekatan bioekonomi, Kabupaten Sigi membuktikan bahwa pelaku usaha di daerahnya bisa meraih peluang pasar, pendanaan dan investasi dengan bermodalkan produk turunan bernilai tinggi dari komoditas agroforestri,
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), dan perkebunan polikultur seperti kakao, kopi, kelor, kemiri, dan vanili. Mitra industri dari sektor makanan & minuman (F&B), Horeca (Hotel, Restoran & Cafe), kesehatan, herbal dan kecantikan menunjukkan ketertarikan besar terhadap ragam produk yang ditawarkan.
Hal ini sejalan pula dengan pernyataan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) Ma’mun Amir pada sambutannya, yang menyampaikan bahwa tahun 2023, Pemerintah Provinsi Sulteng menargetkan pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 10,36 % naik 0,86% dari tahun 2022, yang juga menempatkan Sulteng sebagai salah satu provinsi dengan nilai realisasi investasi tertinggi di Indonesia.
“Kedepannya, Pemprov Sulteng berkomitmen untuk mendiversifikasi investasi yang masuk dan memperbesar porsi investasi hijau, karena kami ingin mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan memiliki ketahanan lingkungan, ketahanan pangan, dan ketahanan terhadap bencana tanpa melupakan warisan budaya," ujar Ma’mun Amir.
Dalam rangkaian kegiatan ini, Forum Komunikasi dan Koordinasi Pengelolaan Cagar Biosfer Lore Lindu yang diwakili oleh Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu juga menyambut baik pendekatan yang dipelopori Kabupaten Sigi dengan meluncurkan konsep pengelolaan kawasan cagar biosfer dengan menggunakan pendekatan ekonomi restoratif.
Pendekatan ini juga menitikberatkan fokus pada pengembangan pola bisnis bioekonomi lewat hilirisasi produksi kolektif komoditas berbasis alam di lebih dari 56 desa di sekitar Cagar Biosfer Lore Lindu di Sulawesi Tengah.
Konsep ini disambut baik sebagai peluang kolaborasi untuk mendorong ekosistem bisnis dan investasi ramah lingkungan & ramah sosial di Sulawesi Tengah oleh Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) - suatu gerakan bersama lintas 33 organisasi untuk menghubungkan peluang transaksi, pendanaan dan investasi bagi pelaku usaha lestari yang terhubung dengan daerah berkomitmen menjaga lingkungan lewat rantai pasok produk dan jasa bernilai tambah.
Melalui kolaborasi dengan jejaring KEM, berhasil didorong beberapa kerjasama strategis seperti dukungan SMESCO Indonesia melalui SMESCO Hub Timur di Nusa Dua Bali sebagai wadah promosi berbagai produk dan jasa bernilai tambah tinggi dari Cagar Biosfer Lore Lindu.
Leonard Theosabatra, Direktur Utama Smesco Indonesia menyampaikan kepercayaan dirinya bahwa potensi yang terdapat di Sulawesi Tengah dapat dikembangkan secara berjelanjutan dan memberikan nilai tambah positif bagi komunitas di sekitarnya.
“Saya yakin masih banyak sekali potensi-potensi pengolahan keanekaragaman hayati di wilayah Sulawesi Tengah yang saya lihat di sini dan belum terekspos misalnya peluang produk F&B dan kecantikan yang saya yakin dapat berkontribusi pada perekonomian nasional," ujar Leo.
Tambahnya, SMESCO Indonesia baru saja menandatangani MOU dengan beberapa mitra pengolahan strategis seperti BUMN Farmasi yakni Indofarma Mitra-mitra ini bisa membantu pelaku usaha di kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah untuk fokus pada aspek hilirisasi lewat kepastian pasar untuk produk olahannya. Nantinya produk bisa juga dikembangkan kembali untuk peluang perdagangan domestik dan internasional sesuai target yakni USD15 juta transaksi perdagangan di 2024.
Kerjasama lain yang dibesut lewat pendekatan baru ini adalah 6 Nota Kesepakatan (MoU) dan 4 deklarasi komitmen baik dalam skala regional maupun nasional. Contoh lainnya adalah komitmen Bersama KADIN Indonesia dan KADIN Sulawesi Tengah untuk mengembangkan proyek percontohan multiusaha kehutanan di Sigi dengan pendekatan bioekonomi yang regeneratif dan dengan Universitas Tadulako untuk mendorong basis riset & inovasi untuk peluang bioekonomi.
Selama Festival Lestari 5 yang berlangsung dari tanggal 23-25 Juni 2023 lalu, terdapat 15 rangkaian acara yang berhasil diselenggarakan dengan total peserta mencapai kurang lebih 700 orang dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara termasuk investor dan mitra pembangunan dari Britania Raya, Belanda dan Amerika Serikat.
Acara paling banyak dihadiri adalah Forum Bisnis dan Investasi yang diselenggarakan di Bukit Indah Doda dengan total peserta sebanyak 351 orang. Di antara peserta tersebut, terdapat 50 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terlibat dalam Business & Partnership Matching, yang mencakup mitra pendanaan, mitra implementor, dan mitra bisnis.
Pasar Warga Potomu ‘Ntodea di Ruang Terbuka Hijau Taiganja (Taman Taiganja) juga menjadi salah satu sorotan utama dalam Festival Lestari ini. Pasar tersebut berhasil menghadirkan 51 UMKM dari Sulawesi Tengah dan berbagai daerah anggota LTKL (Lingkar Temu Kabupaten Lestari) dalam 25 booth yang menawarkan berbagai jenis produk makanan & minuman, kriya, mode, meubel, produk kecantikan, dan tanaman hias.
Diperkirakan total pengunjung mencapai 15.000 orang dan estimasi total transaksi mencapai Rp432 juta rupiah, yang turut menghidupkan arus ekonomi lokal yang langsung dapat dirasakan dampaknya.
Selaras dengan pendekatan bioekonomi, kegiatan ini juga meluncurkan 19 produk turunan inovatif baru dari Sigi, Sulawesi Tengah. Produk-produk ini dikembangkan melalui pengembangan riset dan inovasi bersama Dinas Koperasi & UMKM Sigi, Gampiri Interaksi Sigi, Seniman Pangan dan pelaku usaha nasional, Javara, dengan fokus pada bidang makanan dan minuman.
Inovasi produk tersebut kembali mengangkat potensi komoditas HHBK, agroforestri dan polikultur seperti komoditas kelor, kopi, kakao, kemiri, hingga ubi menjadi produk olahan seperti pasta, ramuan rempah, mie bebas gluten dan lainnya.
Perusahaan Java Kirana, salah satu pelaku industri kopi yang hadir menyatakan dukungannya secara lugas. Noverian, Co-founder Java Kirana, mengatakan setelah melakukan berbagai analisis dan pemantauan yang terukur terkait potensi mitra, perusahaan akan membenamkan komitmen investasi hingga USD2 juta untuk mengembangkan komoditas kopi berkelanjutan di Sigi.
"Kami (Java Kirana) akan fokus pada sentralisasi pasca panen dan komersial servis serta logistik dan trading," jelas Noverian.
Beberapa produk inovatif tersebut juga langsung diuji coba bersama 6 Mitra jaringan restoran kenamaan, penggiat kuliner, dan budaya nasional, yaitu KAUM – Potato head Family, Cork & Screw, Partigastronomi, Nasi Peda Pelangi, MasakTV, dan Kang Duren melalui program Telusur Rasa.
Kerjasama ini menghasilkan lebih dari satu lusin kreasi menu makanan dan minuman dengan inspirasi budaya kuliner Sulteng dan dibuat menggunakan komoditas dan produk turunan lokal yang disajikan langsung untuk pengunjung Potomu ‘Ntodea pada hari terakhir Festival Lestari. Sebagai tindak lanjut, beberapa kreasi yang dihasilkan juga akan dihadirkan di masing-masing restoran dan platform.
Dengan berbagai hasil yang dicapai melalui Forum Bisnis & Investasi untuk Inovasi Basis Alam Pertama di Indonesia di Festival Lestari ini, diharapkan Sulawesi Tengah dan Cagar Biosfer Lore Lindu bisa mendapatkan dorongan ekonomi riil yang selaras dengan komitmen menjaga lingkungan. Ini juga menjadi bukti bahwa bioekonomi berpeluang menjadi pendekatan ekonomi baru jangka panjang bagi Indonesia.
“Saya berharap ini bukanlah akhir tapi awal untuk inovasi-inovasi lainnya yang memastikan perlindungan hutan tapi juga dapat memastikan peningkatan ekonomi masyarakat dengan memberikan nilai ekonomi yang bernilai tambah untuk masyarakat,” tutup Bupati Sigi.