Bantul, Gatra.com- Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (NU) Daerah Istimewa Yogyakarta melibatkan 12 pondok pesantren besar sebagai proyek percontohan pengelolaan sampah mandiri. Keterlibatan NU ini sejalan dengan semangat yang diusung dalam kebijakan pengelolaan sampah dengan melibatkan banyak pihak.
Keikutsertaan 12 Ponpes ini disampaikan Ketua PW NU DIY Zuhdi Muhdlor dalam 'Jagongan Sampah' yang diselenggarakan Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Minggu (2/7).
"Langkah ini menjadi kontribusi NU sebagai organisasi keagamaan untuk turut berpartisipasi dalam masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Selama ini memang agak timpang," katanya.
Bekerjasama dengan TPS3R Kelompok Usaha Pengelola Sampah (KUPAS) Panggungharjo. Kedua belas Ponpes yang memiliki ribuan santri ini akan mendapatkan pelatihan sistem pengelolaan sampah mandiri.
Diharapkan, nantinya sampah yang dihasilkan di lingkungan Ponpes bisa diolah agar tidak keluar dan sebisa mungkin dimanfaatkan sehingga memiliki nilai ekonomi.
"Satu Ponpes di Sumenep, Jawa Timur telah berhasil mengelola sampah mandiri dan ini menjadi contoh nasional. Ponpes yang kita libakan dalam proyek ini berasal dari Jepara, Cirebon, Madura dan ponpes besar di DIY," ungkap Zuhdi
Kedepan, sebagai upaya mengampanyekan hidup bersih dan bebas sampah. PW NU DIY akan menyelipkan pesan-pesan penangganan sampah mandiri ke masyarakat melalui khotbah-khotbah Jumat.
"Jadi ini gerakan tidak hanya berkisar pada teknis saja, tetapi juga mengarah pada perubahan pola pikir tentang sampah," lanjutnya.
Dalam paparannya Wahyudi menilai harus ada gerakan di tingkat hulu dalam penanganan sampah terpadu. Baik dari pengguna, pemangku wilayah dan lain-lainnya.
Dirinya sangat berharap acara memberikan pemetaan masalah sampah dan potensi pengelolaan sampah, serta merumuskan usulan perbaikan kebijakan pengelolaan sampah.
"Ini akan menjadi wadah bagi kolaborasi antar-aktor dan lembaga dalam upaya mengelola sampah secara terintegrasi di wilayah tersebut," jelasnya.
Juga akan dibahas isu-isu krusial terkait sampah, termasuk tingkat produksi sampah yang tinggi, keterbatasan tempat pembuangan akhir (TPA), dan perluasan penggunaan teknologi pengolahan sampah yang ramah lingkungan.
Selain itu, juga akan diidentifikasi hambatan dan tantangan dalam pengelolaan sampah serta menyusun usulan perbaikan kebijakan pengelolaan sampah yang lebih efektif.
“Jagongan Sampah menjadi momentum membangun kolaborasi yang lebih kuat antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam mengatasi masalah sampah,” katanya.
Wahyudi menyatakan terselenggarannya acara ini didukung penuh PT Pengadaian (Persero), Lakpesdam NU DIY, Universitas Nadhatul Ulama (UNU) DIY, Pasti Angkut, dan Desa Panggungharjo.